TULIS.. TULIS.. TULIS..
Kartini dikenang karena dia menulis..
Pramoedya dikenang karena dia menulis..
Soe Hok Gie dikenang karena dia menulis..
Jika kau tidak menulis,
Maka kau telah mati sebelum dilahirkan..

-Diekey Lalijiwo-

Kamis, 17 Januari 2013

Tentang Kenangan


Entah harus memulai dari mana untuk mengawali tulisan ini. Sudah sejak sebelum pukul 00.37 hari ini aku memikirkan hal itu. Aku pun ingin segera menuliskan semuanya dalam tulisan ini. Padahal perbincangan malam ini bersama tujuh teman Persma Jember dan Mas Bro sangat menarik. Kita duduk santai di kursi di sebuah ruangan yang hampir mirip sebuah gang di kediaman Mas Bro. Dengan suguhan kopi dan rokok tentunya. Perbicangan yang cukup panjang dan banyak hal yang kudapat tadi. Sampai akhirnya kami harus menyudahi perbincangan, berpamitan dan meninggalkan kediaman Mas Bro sekitar pukul 02.24.

Kupikir aku akan segera pulang untuk secepatnya menulis, menceritakan semuanya. Ternyata tak seperti yang kupikirkan, beberapa teman mengajak untuk singgah terlebih dahulu ke warung bubur ayam. Meskipun sempat kroyokan makan di rumah Mas Bro dengan lauk seadanya. Aku ikut memesan seporsi bubur ayam biasa dan menyantapnya selagi hangat. Sekitar pukul 02.55 aku barumembukan laptop dan  memulai menulis.

Berawal dari membaca tulisan di blogmu tentang sebuah kenangan. Malam ini tiba-tiba aku memikirkan hal itu dan membangunkan sedikit ingatanku kembali dengannya. Sebuah kisah yang hampir sama dengan yang kau tuliskan. Bahkan semenjak ada dirimu aku hampir tak bisa dan mau mengingatnya lagi. Terkecuali saat dirimu bertanya tentangnya saat bersamaku dulu.

Aku baru tahu jika tiga hari yang lalu adalah saat dirimu memulai hubungan dengan yang lalu. Kau ceritakan saat kita ngobrol santai dan aku merespon biasa saja. Pun aku juga menimpali hal yang sama, tiga hari sebelum tiga hari lalu aku juga memulai hubungan masa lalu. Kurasa kau pun menanggapi sama sepertiku, biasa saja. Maeskipun aku tak bisa memastikan dan benar-benar tahu.

Siang tadi, sengaja aku membuka blogmu karena memang aku ingin tahu apa yang kau tulis. Kudapati sedikit kenangan tentang dua tahun lalu di posting terakhir. Kau tulis dalam bahasa inggris entah ada berapa baris, seingatku lumayan banyak. Kubuka translate online untuk menerjemahkannya secara utuh. Meskipun saat aku membacanya aku bisa sedikti mengartikan dan mengetahui maksud dari tulisanmu. Hanya sebuah kenangan saja, tak berarti apa-apa pikirku. Tapi, kau masih bisa mengingatnya dan mengungkapkan perasaan yang pernah kau rasa dengannya. Dia memang masih kau ingat, menginspirasimu dan mengubah hidupmu. Bukan sesuatu yang salah dan itu bagus, menurutku.

Berbeda denganku yang tak mau mengingat kisah yang kumulai tiga tahun lalu dan berakhir 21 bulan setelahnya. Aku tak peduli lagi dan tak mau tahu. Saat ini ada dirimu yang telah memberi warna dalam catatan hidupku. Aku tak peduli lagi dengannya, toh dia juga sudah tak mau lagi mengenalku. Seperti yang kau pernah katakan, kau tak memperdulikan masa laluku, pun aku. Meskipun terkadang ada sedikit rasa cemburu saat kau menceritakan dia atau salah satu masa lalumu. Sengaja bertanya tentang masa lalumu lalu aku cemburu dengan jawaban dan ceritamu. Seolah aku sengaja membuat diriku cemburu. Tak sadar begitu bodohnya aku.

Dua belas jam lebih setelah aku membaca dan mengerti maksud dari yang kau tulis, aku memikirkannya. Timbul suatu kegelisahan dan ketakutan. Aku gelisah karena kau masih mengingat seorang dia dan kisahmu dengannya. Ada beberapa detail yang juga kau ingat tentangnya. Perasaan saat itu pun kau gambarkan dalam tulisan di blogmu. Saat berbicara ketakutanku, tak hanya satu yang kutakutkan, tapi dua. Aku takut kau masih berharap atau menginginkannya (lagi) dan yang paling adalah kehilanganmu. Meskipun kecil kemungkinan itu tapi, aku tak bisa memastikannya.

Terlalu terbawa dan rapuh, mungkin seperti itu gambaranku saat ini. Semacam traumatik dengan masa laluku sedikit banyak berpengaruh untukku dalam kita. Kau pun sudah tahu dan memahami semuanya. Dari traumatik itu aku banyak belajar dan membawa hubungan yang lebih baik denganmu.

Aku tak mau menyalahkan apa yang telah kau ungkapkan dan terbaca olehku. Memang karena kau dan tulisanmu tak memiliki salah. Masa lalu tak bisa dipersalahkan dan diubah. Hanya akan menjadi cerita dan sejarah dari hidup kita. Mungkin yang kurasakan terlalu berlebihan dan lebay. Aku pun tak mau menyelesaikan konflik dalam diriku dengan emosi kemarahan. Mendiamkanmu, memarahimu atau menyalahkanmu. Akan ku simpan dan kuselesaikan sendiri, tenang saja aku tak akan melukai diriku sendiri. Aku tak ingin menyelesaikan dengan semua solusiku di masa lalu. Aku akan menyelesaikan dengan pelukan dan (mungkin) meneteskan sedikit air mata di bahumu.

3 komentar:

Elfira Arisanti mengatakan...

oke, aku mulai ngefans kamu setelah baca ini :) keep writing

Unknown mengatakan...

hehehe...
terima kasih komentarnya kakak...
oki doki...
ini masih belajar nulis...
:)

Diey_na mengatakan...

fighting!!!
Gomen...
:)

Posting Komentar