TULIS.. TULIS.. TULIS..
Kartini dikenang karena dia menulis..
Pramoedya dikenang karena dia menulis..
Soe Hok Gie dikenang karena dia menulis..
Jika kau tidak menulis,
Maka kau telah mati sebelum dilahirkan..

-Diekey Lalijiwo-

Selasa, 19 April 2016

Perkuat Produk Lokal; Peresmian Sumbersari Batik, Maesan, Bondowoso


BERBINCANG: Kacong dan Jebbing Bondowoso 2016 asik menikmati suasana salah satu sudut butik. (fly)
Berangkat dari Jember sekitar pukul 09.30, setelah mendapat kabar dari redaktur dan kawan sesama wartawan tapi berbeda media. Saya bersama seorang fotografer -media cetak harian yang menaungi kami- berangkat bersama dari bundaran Jalan Matrip. Awalnya berencana untuk berangkat berboncengan namun, saya urungkan. Karena saya punya tanggung jawab untuk mengantarkan seorang teman kembali ke kosnya sepulang dari gereja.

Perjalanan kurang lebih selama 30 menit untuk mencapai ke lokasi. Saya tertinggal sangat jauh, karena motor yang saya tunggangi rantainya kendur. Sehingga, meskipun gas ditarik maksimal, lajunya tak sebanding dengan tarikannya. Belum lagi, saya tidak mengetahui lokasi tepat acara yang konon dihadiri oleh Duta Besar Negara Kolumbia itu.

Saat di perjalanan saya mengamati ada beberapa polisi yang berkumpul di tepi jalan. Saya lanjut memacu motor dan mencari keberadaan kelompok selanjutnya. Berbekal insting dan mengamati sekitar, akhirnya saya menemukan lokasi tersebut. Tepatnya di Desa Sumbersar, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso. Lokasi tersebut berbatasan dengan Kabupaten Jember, yaitu Kecamatan Sukowono.

Senin, 05 Januari 2015

Dari Not Balok Menuju Cajon

Gegara Ulil mengerjakan skripsi bertemakan perkembangan musik, saya teman setengah perjuangannya ikut kecipratan. Akhir-akhir memang saya, Ulil, mas Bebeh dan beberapa teman lain lumayan intens berbincang tentang musik. Malam ini tanpa sengaja membahas buku pedoman sekolah dasar yang telah mengenalkan bahasa dan sastra, mas Bebeh lanjut mengatakan buku seni. Dia menjelaskan tentang not balok, ketukan yang mengatur ritme dan tempo lagu hingga tangga nada diatonis dan pentatonis kepada Ulil.

Sembari ikut menimpali apa yang dijelaskan mas Bebeh ingatan saya dibangunkan pada masa smp. Saat itu saya memang sangat tertarik dengan musik dan berharap bisa membaca not balok. Akhirnya saya pun sangat fasih membaca not angka daripada not balok, usaha saya saat itu gagal. Sederhana, sejak kecil oleh ibu saya diajarkan dan terbiasa dengan not angka tiap kali bermain alat musik keyboard. Yang saya tahu saat itu not balok merupakan standar internasional dalam penulisan tangga nada bukan not angka. Apabila ingin menekuni dunia musik, not balok harus dikuasai terlebih dahulu pikir saya. Selain itu saya juga sangat mengagumi penggalan kisah Eross gitaris Sheila on 7 yang sejak SD atau SMP (saya lupa :P) sudah melahap habis not balok dan sempat mencengangkan guru musik di sekolahnya.

Minggu, 19 Januari 2014

Kumpulan Kecemasan *

Kini..
Waktu pun mengikis perasaan itu.
Entah disadari atau tidak,
perubahan tak lama akan terasa.

Ketika masa lalu yang telah kau lirik, menghampirimu.
Mendekatkan wajahnya di depan wajahmu.
Matanya menceritakan kembali yang pernah terkisah.
Terkenang, kembali..

Sebatas ujian atau sebuah kebosanan.
Saat diam menyembunyikan jawaban dan kebisuan menutupi kebenaran.
Teruskan diam yang kau bungkam sendiri.
(Tak) perlu ada cerita yang didongengkan.
Toh semuanya hanya akan menjadi awal kisah masing-masing,
alibi kebersamaan yang berjarak.

Saat waktu tak mengijinkan peleburan,
lalu siapa yang akan membiarkan peleburan terjadi?
Tak mungkin Tuhan akan turun tangan hanya untuk ini,
meskipun Tuhan berkehendak atas apapun.

Hanya bisa dan akan menunggu, entah sampai kapan..
Menunggu diam tak lagi menyembunyikan jawaban dan kebisuan tak lagi menutupi kebenaran..
Puitik, aku lelaki yang siap ditinggalkan kapan saja..

*) rangkaian beberapa status medsos 12-17 Januari 2014

Jumat, 07 Juni 2013

Sebuah Catatan Usang

Dan ku tuliskan sebuah kalimat “ich liebe dich” sebagai pembuka buku itu.
ich liebe dich auch” yang kemudian kau tuliskan pada baris kedua dalam lembaran yang sama.
Dari kalimat bahasa Jerman itulah cerita tentang hidup kita mulai kita tulis bersama.
Kita mulai mencoba menggunakan warna tinta cerah untuk mengisi cerita tiap lembar dan menghiasi tulisan itu.
Mulai dari warna biru yang menunjukkan kesetiaan, warna hijau yang menunjukkan kesegaran hingga pada akhirnya kita sepakat mengunakan warna merah muda yang menunjukkan  kasih sayang.
Terkadang sering tak sengaja terbentuk coretan kecil ketidak sengajaan yang membuat tak indah dipandang mata atau bahkan kita mencorat-coret lembar halaman tersebut tanpa ada sebuah huruf pun yang kita tinggalkan.
Tak jarang aku mengalah membiarkanmu menuliskan sajak yang kau inginkan dalam lembaran tersebut.
Membiarkanmu menggambar dan menghiasi tiap halaman dengan hanya sedikit catatan kecil berupa tanggal yang selalu kutinggalkan.
Lembar demi lembar, bab demi bab telah selesai kita tuliskan hingga akhirnya terselesaikanlah buku pertama kita.
Buku yang terbalut sampul kesederhanaan yang berisikan mellodrama keterbukaan, ketulusan  dan pengorbanan.
Tak seperti buku pertama yang masih harus mencari-cari dan mencoba-coba, kita dengan kepastian mulai menuliskan cerita selanjutnya dalam buku kedua.
Sebuah tanda bibir dengan warna merah muda yang sangat lembut menghiasi halaman pertama buku ini, yang memberikan kesan suatu kehangatan dan kelembutan.
Ternyata jauh berbeda gaya penulisan dan setting yang kita tulis di buku kedua ini.
Alur dalam tulisan kita mulai mengalami suatu perubahan seiring dengan perubahan emosi dan pemikiran kita.
Dalam pengungkapan setiap kata dalam setiap lembaran buku kedua yang lebih bermakna dan dalam.
Kita lebih sering berebut menuliskan cerita dalam buku ini, berebut lanjutan dari cerita ini.
Tak jarang kita kehabisan ide menjawab polemik yang telah kita tuangkan dalam buku kita.
Kebersamaan kita untuk meneruskan cerita dalam buku ini selalu ada dan terus ada meskipun sering menemui jalan buntu.
Waktu akhirnya membuat kita mengosongkan lembaran demi lembaran buku tersebut.
Kita terbengkalai oleh kenikmatan dan kesenangan kita masing-masing dan kecenderunganku yang lebih memilih tinta yang terbaik yang akan kita torehkan.
Tak kusadari bahwa cerita itu harus terus berlanjut dan harus terus kita tulis meskipun hanya satu kata tiap lembar.
Kubiarkan dirimu melanjutkan cerita itu meskipun penuh ketimpangan dan ketidak singkronan dengan cerita sebelumnya.
Hingga buku tersebut tak terselesaikan dengan goresan tinta warna merah muda dan buku tersebut  tak mencapai akhir bagian cerita.
Dua bab terakhir dari buku kedua kita belum sempat dan tak akan bisa dilanjutkan kembali.
Tapi dalam hangat dan cerahnya sinar kesenangan dan derasnya hujan air mata telah tertuang dalam lembaran-lembaran buku itu.
Halaman 11112 ini harusnya menjadi penutup buku kedua dari lembaran-lembaran goresan cerita tinta merah muda, tapi kita tidak bisa menyelesaikannya.

Minggu, 02 Juni 2013

Lewat Tengah Malam

(Mungkin) kau sedang berlarian liar di dalam alam mimpimu.
Menginjak pelangi dengan kaki telanjang dan menyentuh awan dengan jemarimu yang lentik.
(Mungkin) juga menyelami samudera terdalam bercengkrama dengan ikan dan tersenyum dengan bibir mungilmu.
Sementara aku masih terjaga menemani gelap yang mulai mengantuk.
Menarikan jemari di atas persegi bersimbol yang berbaris rapi di depanku.
Entah akan menggelapkan pandangan atau menunggu matahari terbangun.

Jember 190213

Tentang Sebuah Komunitas Jejaring Sosial di Kotaku

Siang ini saat membuka grup di facebook di sebelak kanan terlihat tautan grup komunitas tempat aku dibesarkan. Penasaran, aku pun membuka grup terbuka tersebut dan bergabung, sayangnya aku masih belum bisa memberikan posting disana. Mungkin masih harus menunggu persetujuan dari admin terlebih dahulu. Grup ini memiliki tiga admin dengan jumlah anggota yang tidak tanggung-tanggung 9.534 sekilas sebagian besar anak muda. Aku masih belum tahu kapan grup ini ada dan apa tujuannya. Di keterangan grup hanya menginformasikan letak geografis dari kota dan tautan blog yang dimiliki. Isi blognya sejarah dari kota yang merupakan postingan kembali dari blog lain, berisi 5 posting. Posting di blog tersebut pada akhir Januari tahun 2013, kemungkinan grup ini terbentuk tak jauh dari posting blog tersebut.
posting ngiklan

Cukup aneh saat posting teratas adalah sebuah iklan penjualan, pun beberapa di bawahnya. Penasaran aku mencoba melihat posting yang sebelumnya, barangkali ada yang bermanfaat dan menarik. Kenyataannya sungguh mencengangkan. Kalau boleh aku persentasekan, lebih dari 90% berisi iklan. Selebihnya hanya sekedar sapaan dan posting geje menurutku. Masih bisa ditolerir jika iklan mempromosikan keindahan, tempat wisata atau apa saja yang bisa meningkatkan nilai jual kota tersebut. Kenyataannya iklan barang-barang yang memicu konsumerisme di masyarakat. Aku heran dengan semua posting itu.

Sabtu, 01 Juni 2013

Tanpa Menulis, Keberadaanmu Tidak Bisa Dibuktikan

"Menulis itu lebih sulit daripada membaca, apalagi berbicara. Itu sudah saya buktikanberulangkali"
Dini hari tadi, saat kubuka akun facebook status ini terpampang di beranda. Masih berada sekitar lima teratas. Uliel Petrik yang menuliskan status itu di akunnya. Aku membuat tulisan ini dua jam setelah tulisan itu dibuat. Dan kuakui status yang dibuatnya ada benarnya setelah aku juga mengalaminya. Hal ini dibuktikan dari jumlah dan jarak posting-an yang ada di blog ini. Hanya sedikit tulisan yang aku buat, bahkan butuh waktu yang lumayan lama untuk membuat satu tulisan yang menurutku bagus. Di blog ini kuberi tanda “rangkaian kata membosankan”.

Dari status tadi aku penasaran dengan apa itu menulis. Meskipun hal itu mendasar dan biasa dilakukan di dunia jurnalistik serta menurutku sederhana. Setahuku menulis adalah pekerjaan/kegiatan membuat tulisan, dari kata dasar tulis dan mendapat awalan me- yang artinya melakukan pekerjaan. Pemikiranku tadi pun mungkin mirip dengan arti kedua dari menulis menurut KBBI,” melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan”.