TULIS.. TULIS.. TULIS..
Kartini dikenang karena dia menulis..
Pramoedya dikenang karena dia menulis..
Soe Hok Gie dikenang karena dia menulis..
Jika kau tidak menulis,
Maka kau telah mati sebelum dilahirkan..

-Diekey Lalijiwo-

Selasa, 19 April 2016

Perkuat Produk Lokal; Peresmian Sumbersari Batik, Maesan, Bondowoso


BERBINCANG: Kacong dan Jebbing Bondowoso 2016 asik menikmati suasana salah satu sudut butik. (fly)
Berangkat dari Jember sekitar pukul 09.30, setelah mendapat kabar dari redaktur dan kawan sesama wartawan tapi berbeda media. Saya bersama seorang fotografer -media cetak harian yang menaungi kami- berangkat bersama dari bundaran Jalan Matrip. Awalnya berencana untuk berangkat berboncengan namun, saya urungkan. Karena saya punya tanggung jawab untuk mengantarkan seorang teman kembali ke kosnya sepulang dari gereja.

Perjalanan kurang lebih selama 30 menit untuk mencapai ke lokasi. Saya tertinggal sangat jauh, karena motor yang saya tunggangi rantainya kendur. Sehingga, meskipun gas ditarik maksimal, lajunya tak sebanding dengan tarikannya. Belum lagi, saya tidak mengetahui lokasi tepat acara yang konon dihadiri oleh Duta Besar Negara Kolumbia itu.

Saat di perjalanan saya mengamati ada beberapa polisi yang berkumpul di tepi jalan. Saya lanjut memacu motor dan mencari keberadaan kelompok selanjutnya. Berbekal insting dan mengamati sekitar, akhirnya saya menemukan lokasi tersebut. Tepatnya di Desa Sumbersar, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso. Lokasi tersebut berbatasan dengan Kabupaten Jember, yaitu Kecamatan Sukowono.

Setibanya di lokasi saya masih harus tingak-tinguk mencari fotografer yang pastinya sudah sampai 10-15 menit lebih awal. Tampak Bupati Jember sedang mengamati outlet yang digelar di depan lokasi utama. Banyak orang yang mengerubungi dia, entah sekadar mengabadikan momen melalui gadget atau mendampingi dan berbincang. Namun, pandangan saya masih liar mencari tas dengan rain cover warna kuning yang agak lusuh.

Ada beberapa, seingat saya empat polwan yang menjaga pintu masuk ke lokasi utama. Saya teringat, fotografer yang masih bujang tersebut cukup populer di antara polwan kesatuan polisi Bondowoso. Dan benar, tak jauh dari sana saya tampak fotografer tersebut berdiri sambil mengintip view finder-nya. Sambil sesekali memencet tombol utama untuk menjepret objek yang dianggap menarik. Saya berjalan menghampiri dia dan mengekor, maklum saja saya masih asing, belum dua genap dua minggu saya ditugaskan di Bondowoso.


Oh iya, di pintu utama yang dijaga oleh polwan dan beberapa Satpol PP juga tampak dua orang menggunakan pakaian tradisional. Atasan berwarna coklat susu, sedangkan bawahan berwarna coklat tanah. Lengkap dengan asesoris penutup kepala dan sandal. Dengan menggunakan selempang bertuliskan Kacong dan Jebbing Bondowoso 2016.

Dari lokasi utama terdengar beberapa orang sedang membagi informasi kepada para pelaku usaha baik dari Jember maupun Bondowoso. Tedengar MC menyebutkan beberapa nama, sayangnya ingatan saya tak sampai sepersepuluh dari Capote. Seingat saya ada tiga orang yang berbicara dalam forum tersebut. Di antaranya dari pihak Garuda Indonesia, praktisi internet Bondowoso dan satu orang lagi saya lupa.

TIBA: Kedatangan Wakil Ketua Komisi VI DPR RI (berkaca mata) disambut oleh beberapa pihak. (fly) 
Tak lama berselang, ada mobil yang datang dan pihak keamanan sibuk mengamankan jalan yang dilewati. Setelah pintu mobil dibuka, ada dua orang penting yang keluar dari dalam kendaraan itu. Direktur Operasional dan Keuangan PT. PNM (Persero), Kemas Hasani dan Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Azam Azman Natawijana.

Mereka disambut jepretan kamera beberapa media yang turu hadir di kesempatan tersebut. Serta, jabat tangan dari bupati perempuan pertama Jember, Faida yang lebih dulu berada di lokasi. Ketiganya kemudian berjalan bersama melewati gapura yang dijaga oleh dua muda-mudi ikon Bondowoso 2016 memasuki lokasi utama.

Lokasi tersebut tampak sangat asri dengan arsitektur Jawa tradisional. Dari kanan gapura terdapat gazebo kayu di atas kolam yang cukup luas. Sedangkan di kirinya, berdiri kokoh rumah dengan konsep khas pedesaan. Mereka berjalan ke arah kanan untuk mengunjungi stan pembuatan batik tulis. Sambil menikmati suguhan kopi, teh rempah dan putu yang masih hangat. Semabari menunggu dengan kedatangan Bupati Bondowoso, Amin Said Husni.

Lantunan suara Udin dari TNT band yang juga bermain gitar mulai diperdengarkan untuk memeriahkan acara tersebut. Udin tak sendiri, ada rekan lainnya yang mengiringi suara merdunya. Ada Ikrom dengan jari lentiknya menekan tuts keyboard, Supriyadi sebagai pengatur tempo memainkan bongo dan Imam yang melengkapi di posisi bass.

Nama band tersebut merupakan singkatan dari tuna netra band. Personilnya memang teman-teman yang memiliki kelebihan dan kehebatan lain daripada saya. Hmm, teringat bahwa saya selalu saja gagal dalam memelajari alat musik, terutama gitar. Apalagi sampai memiliki kepekaan nada untuk menemukan chord sebuah lagu. Hehehe...

Namun, di tengah-tengah mereka ada orang yang normal, dia adalah Didik selaku pendamping dan penanggung jawab musik di SLB Bina Asih. Dulu mereka adalah murid di sekolah tersebut. Sekarang semuanya sudah lulus semua, hanya satu yang masih sekolah. Pria yang juga kerja di Dinas Bina Marga Cipta Karya (BMCK), untuk TNT band ini sudah terbentuk tiga tahun lalu, yakni 2013. Tujuan membentuk band ini, tidak hanya untuk mewadahi mereka di bidang musik. Lebih jauh lagi, agar bisa memperoleh penghasilan dari bermusik usai lulus dari sekolah.

TNT BAND: Dari kiri ke kanan Supriyadi, Ikrom, Didik, Udin (berkaca mata), Imam dan kru. (fly)

Tak berapa lama, Amin Said Husni datang dan menghampiri ketiganya yang sedang duduk santai sambil berbincang. Mereka dipersilakan duduk dengan rapi di bawah tenda tepat di depan rumah. Karpet biru yang terpasang mulai depan rumah disterilkan dari siapapun, terutama fotografer.

Intro lagu yang tak asing di telinga saya mulai diperdengarkan. Berbarengan dengan itu, dari dalam rumah tersebut keluar seorang perempuan berjilbab dengan pakaian dasar putih. Ada beberapa ornamen batik yang melekat. “Kan kujalin lagu,” kalimat pertama yang keluar dari mulutnya sambil menghadap rombongan terhormat. Saya ingat, itu lagu yang dinyanyikan oleh alm. Chrisye. Namun sayangnya, lagi-lagi saya tak bisa mengingat apa judul lagu tersebut. Saya perlu mencari dulu di mesin pencari dan menemukan judul lagu tersebut adalah Cintaku.

Setelahnya, beberapa talent menyusul keluar berlenggak lenggok memamerkan pakaian yang mereka kenakan. Yang merupakan karya dari seorang desainer yang akan membuka butik di Jember. Maaf, masalah saya dengan ingatan cukup serius sehingga saya benar-benar tidak ingat dengan yang satu ini. Ujungnya mengandalkan mesin pencari saat melengkapi tulisan ini. Namun, sampai saat ini saya masih belum menemukannya. Apa saya salah memasukkan kata kunci?

Selain itu, saya lebih asyik untuk menyesap kopi dan melahap putu yang masih hangat. Yang sebelumnya ditawarkan oleh seorang laki-laki, seingat saya saat itu dia tidak asing. Bahkan, dia mengetahui nama saya. Saya yang saat itu seperti orang baru sadar dari kecelakaan yang menyebabkan gagar otak dan amnesia. Hanya bengong sambil mengiyakan dan basa basi untuk tidak usah repot-repot.

Nantinya, menjelang acara berakhir saya diingatkan oleh fotografer bahwa dia adalah Suhartono. Kepala Bidang Usaha Perdagangan di Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Bondowoso. Saya bertemu untuk wawancara dengan dia pada hari Senin, enam hari sebelum acara berlangsung.

Selanjutnya, saya tahu juga bahwa kopi yang saya nikmati merupakan olahan tangannya. Kopi dari jenis Arabika Ijen Raung, menurut lisensinya. Namun, dia lebih suka menyebutnya Arabika Ijen Sempol, karena didapatkan dari petani di kecamatan tersebut. Hartono menangani sendiri kopi tersebut mulai grading sampai menjadi bubuk. Dia juga tak segan untuk membagi kopi tersebut pada teman atau koleganya.

Selesai acara fashion show di catwalk outdoor, para talent yang berjumlah sekitar dua puluh orang berdiri di depan tenda. Beberapa di antara mereka mengalungkan selendang batik kepada para petinggi yang hadir. Selanjutnya, beberapa orang penting tersebut kemudian menuju photo booth untuk menyalurkan hasrat wefie. Usai jepretan kamera menyimpan momen. Mereka melanjutkan menuju panggung utama yang sudah dipenuhi oleh ratusan pelaku usaha.

Sinergi Ekonomi Kawasan

FASILITASI: Azam siap untuk membantu stadarisasi produk lokal UKMK. (fly) 

Sesampainya di panggung utama, hal yang membosankan bagi saya dimulai. Acara formal dengan sambuta-sambutan. Namun, di saat tersebut merupakan momen yang penting. Jika malas untuk wawancara nara sumber cukup tekan tombol bulat merah dan letakkan di dekat pengeras suara. Selanjutnya? Terserah, mau ditinggal merokok, mencari kopi bahkan tidur. Beres.

Kesempatan pertama, sambutan disampaikan oleh Kemas Hasani. Dia mengatakan tentang program yang ada di Permodalan Nasional Madani (PNM). Kapasitas usaha yang tersebar di 27 provinsi dan 2.931 kecamatan di seluruh Indonesia. Dengan total dana sebanyak Rp 22,5 trilyun yang saat ini menaungi sejumlah 2,9 juta nasabah. “Sedangkan untuk kawasan Jember dan Bondowoso, alokasi dana sebesar Rp 259 milyar,” jelasnya. Dia melanjutkan, potensi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sangat besar.

Usaha kreatif seperti Batik Sumbersari bisa dijual ke pasar global. “Baik melalui jaringan yang dimiliki oleh PT. PNM atau unit pemerintah yang lainnya,” jelas Amin Said Husni. Untuk batik di Bondowoso, kata dia, karena mempunyai kekhasan sendiri sehingga banyak orang yang mencarinya. Di samping itu, kualitas produknya juga sangat kompetitif. Sehingga, batik menjadi salah satu produk yang sudah siap dilempar ke pasar global atau MEA.

Demikian juga bagi kerajinan kuningan, jika ada pembinaan maka hal tersebut akan bisa berkembang cukup pesat. Terlebih untuk mengembangkan motif dan kualitas produknya. Sehingga, ke depannya bisa memperluas jaringan pemasarannya dengan mitra dan jaringan yang dimiliki.

Menurut Amin, pihaknya akan melakukan standarisasi dengan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah untuk memperoleh standar nasional industri. Produk-produk UMKM di Bondowoso ini akan berusaha untuk di SNI-kan. “Sehingga lebih terjamin standar mutunya,” ujarnya.

Dia melanjutkan, memiliki banyak program melalui Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag). Pihaknya akan terus melakukan beberapa upaya untuk mendorong perkembangan UMKM tersebut. “Mulai dari pembentukan kelompok, pembinaan, manajemen, pemberian teknologi tepat guna dan juga membangun jaringan pasar,” jelasnya.

Selanjutnya, Faida mengatakan, saingan UMKM kita bukan Bupati Situbondo, Jember. “Melainkan pasar asing yang sudah memasuki era pasar bebas MEA," katanya. Sehingga, perlu adanya usaha untuk memperkuat produk lokal terutama di kawasan Tapal Kuda.

Sedangkan, Azam Azman Natawijaya mengatakan hampir di seluruh mitranya mempunyai dana anggaran untuk UMKM. “Baik di Kementrian Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM, serta BUMN,” jelasnya. Di BUMN ada sebanyak 119 program kemitraan dan bina lingkungan yang dilindungi. Hal tersebut sudah diatur dalam UU No 19 tahun 2002 tentang BUMN.

Untuk saat ini, kata Azam, bagaimana caranya mengefektifkan dana yang banyak tersebar. Sehingga bisa efektif dan melipat gandakan pinjaman modal yang diberikan. Sehingga, UMKM tidak hanya diberi modal saja tapi juga bisa mengembangkan. Oleh karena itu, pengembangan tersebut perlu pembinaan, pembangunan kapasitas dan ada yang menuntun.

Sebab, lanjut dia, UMKM tidak bisa dibiarkan begitu saja. Nantinya, dana pinjaman itu bisa berlipat, tak hanya menjadi stimulus saja. Sehingga, kemiskinan dan pengangguran bisa dikurangi dan rakyat bisa lebih sejahtera.

Menurut dia, pasar yang ada di Indonesia sekitar 250 juta, sedangkan di ASEAN kurang lebih 600 juta. “Belum dari pasar yang lain seperti Eropa dan Australia,” ujarnya. Hal tersebut merupakan potensi yang besar bagi pelaku usaha. Oleh karena itu harus dibina, baik dari sisi kuantitas, kualitas dan kontinuitas dari produk.

Maka pihaknya mendorong Badan Standarisasi Nasional (BSN) untuk ikut masuk ke UMKM tersebut. Sehingga, proses standarisasi nasional bisa dibantu oleh pemerintah. Khususnya di Bondowoso dan daerah Tapal Kuda, juga seluruh Indonesia.

Menjelang Pulang

TINTA EMAS: Tanda tangan pada kain batik sebagai simbol peresmian butik Batik Sumbersari. (fly)

Setelah selesai bercuap-cuap dan memberikan cinderamata pada para tamu VIP tersebut. Mereka bergeser ke gazebo di atas kolam. Bukan untuk kembali melihat pembuatan batik namun, mengamati kerajinan kuningan. Di tempat tersebut ditunjukkan beberapa produk kuningan yang telah dikembangkan. Mulai dari proses pembuatan awal hingga akhir. Dari tampilan yang kusam sampai mengkilat. Bahkan, ada seorang yang sedang ayik mengukir ornamen di permukaan kuningan.

Tak lama, keempatnya kemudian bergeser berjalan ke arah pintu gerbang. Eits, mereka masih belum mau pulang. Melainkan, menuju rumah yang saya ceritakan di awal tadi. Untaian pita dengan beberapa hiasan bunga sudah menyambut.

Bersama-sama mereka memotong pita sebagai prosesi seremonial persemian butik Batik Sumbersari. Kemudian keempatnya menadatangani dengan tinta berwarna emas pada kain batik yang masing-masing sudah terdapat nama masing-masing. Semacam absen kehadiran dan meninggalkan jejak bukti mereka telah mendatangi tempat tersebut.

Oh iya, saya baru ingat kalau masih memilki tanggung jawab mengantarkan teman untuk kembali ke kos sepulang dari gereja. Empat jam lalu dia keluar dari gereja dan menyelesaikan ibadahnya. Sedangkan saya meninggalkan acara sekitar pukul 14.00 untuk kembali ke Jember. Saya sempat mengirim pesan jika dia mau menunggu, pukul 13.00 saya akan mengantarnya. Namun, dia sepertinya tak mau menunggu dan meminta temannya untuk mengantakan pulang. Ah, sudahlah.

Sesampainya di Jember, mengambil barang yang sengaja tidak saya bawa langsung saat berangkat liputan. Rencana awal, akan membawanya sekalian mengantarkan teman saya sepulang dari gereja. Namun, akhirnya hanya sekadar rencana saja. Saya langsung bertolak kembali ke kantor Bondowoso untuk menulis hasil liputan yang tayang pada hari Senin (17/4) dengan judul “Perkuat Produk Lokal”. []

0 komentar:

Posting Komentar