TULIS.. TULIS.. TULIS..
Kartini dikenang karena dia menulis..
Pramoedya dikenang karena dia menulis..
Soe Hok Gie dikenang karena dia menulis..
Jika kau tidak menulis,
Maka kau telah mati sebelum dilahirkan..

-Diekey Lalijiwo-

Minggu, 02 Desember 2012

Ruang Sesal

Mataku yang nanar,
tubuhku yang gemetar.
Sesalku bukan seorang suci.
Benakku tak berhenti menyetubuhi bejatnya nostalgia,
saat perbincangan dalam ruang kosong.
Harusnya (tak) kusampaikan saja pesan ini,
dan semestinya aku sudah berlari dari diri.
Dengan cucuran darah dari nadiku.

Sepenggal Rindu

rindu ini terlalu menyiksa..
kala bayangmu mencakar dinding hati..
dalam gelap yang semakin pekat..
saat senyum mata malam melebar..
dan alam mimpi terlalu ramai..
bayang kesendirianmu tak hentinya meronta..
perih hati merindumu..
terdiamku menanti senyum dari utara..

Selasa, 27 November 2012

Ketakutan (ku)

   Entah kenapa ketakutan itu selalu muncul, di saat aku menjalani hubungan itu. Hubungan dengan seorang perempuan yang memang benar-benar telah meluluhkan hati. Dengan semua kejujuran, kelembutan dan ketenangan yang menyelimutinya.  Aku tak sepenuhnya tahu dan mengerti. Bahkan sampai saat ini aku tak menemukan jawabannya. Ketakutan tak pantas untukmu dan untuk kehilanganmu. Ketakutan itu melintas tanpa pernah tahu waktu.

   Pikiran ini tak pernah memandang dengan sisi positifnya. Aku merasa nyaman denganmu bahkan sangat nyaman. Tak ada tuntutan yang memaksaku menjadi orang lain dan sesuai dengan keinginanmu. Kau menerima tanpa tudung aling-aling semua kebiasaan burukku. Di sisi lain aku merasa diriku ini jauh dari pantas mendapatkan kepercayaan hatimu padaku. Memang tak perlu kesempurnaan tapi, aku merasa diriku ini seperti seonggok kotoran najis yang harusnya dibiarkan atau dibuang. Kotoran yang tak seharusnya disentuh bahkan dengan sepenuh hati yang suci.

Kamis, 01 November 2012

Bidadari (Tirani)

   Saat-saat menjelang pergantian angkamu. Aku harus mengalami kepedihan atas luka yang masih menganga oleh perbuatan masa lalu yang tak bisa dipersalahkan. Oleh sosok yang dengan mudahnya meninggalkan dan membiarkan setelah luka itu tersusun rapi. Membuyarkan semua rasa yang tak terbentuk dalam hitungan detik, menit atau jam. Tatanan kata-kata dan tingkah yang kini semburat tak beraturan.
   Tak terpikirkan bahkan terbayang akan tragedi hidup ini yang menyemburkan sejuta sumpah serapah, makian dan umpatan. Mungkin aku sendiri akan jijik melihat diriku sendiri di cermin yang penuh dengan nanah dan bangkai kemunafikanmu. Yang dengan lidah durimu selalu menjeratku dengan persuasif dan menjebakku dalam permainan retorika yang kau bangun. Menyanyikan lagu kesedihan dengan hati penuh dendam kebencian. Kau gantungkan bibir senyum palsu pemikat untuk memikat simpati kebodohanku.

Jumat, 15 Juni 2012

Kelam

retorika kehidupan..
mengais belas kasih masa lalu..
terperanjat hilang keangkuhan raga..
meneteskan air mata kegundahan..
meleburkan amarah kesakitan hati..
saat kalbu bergoncang..
badai kegelisahan tak kunjung reda..
menyatukan kumpulan bangkai kehidupan..
bosan..
tak sanggup tertekan oleh kata..
ucapan seakan menggeliat masuk kerongkongan..
senyum hanya topeng kegelisahan..
saat sakit tak lagi tertahan..
berharap semua sirna..

Menayakan Matahari

Kenapa awan hitam tak kunjung pergi?
Kemanakah matahari?
Kenapa ia tak bersinar?
Ada apa?
Ataukah matahari mungkin memang tak mau menyinariku?
Ataukah aku yang tak merasakan hangatnya?

Sabtu, 09 Juni 2012

Aku di Pandanganmu

teruntuk penerima maaf yang tak pantas mengucap maaf
yang selalu terjebak kata salah dan terus mencari makna kebenaran
kepada penerima pesan maafku
bersabarlah atas semua ketakutan dan keacuhanku
tegarlah dengan emosi dan kegilaanku
ketika kataku hanya serpihan kesalahan
dan tindakanku kering akan kebenaran
selamanya aku tidak akan pernah bisa baik
aku akan terus terpenjara tirani kebenaranmu
tunduk akan kapitalis sabda salahmu

Jumat, 25 Mei 2012

Tragedi 321 Logawa Purwokerto-Jember

Sabtu, 19 Mei 2012
   Apa yang terpikirkan, jika ada tiga orang cewek dan dua orang cowok berada dalam satu toilet kereta api???

   Pastinya jika otak mesum kita lebih dominan, mungkin mereka sedang melakukan hal-hal asusila. Entah sekedar ciuman, pelukan atau yang lebih gila lagi pesta sex. Masalahnya, jika mereka melakukan hal itu, apakah tidak ada tempat lain selain tempat umum? Sebegitu besarkah birahi mereka sehingga harus di toilet kereta api? Apakah saraf malu mereka sudah putus? Sehingga harus beramai-ramai melakukannya dalam satu tempat. Tapi, bukan hal itu yang terjadi tadi siang di kereta api Logawa jurusan Purwokerto-Jember. Yang terdengar dominasi suara orang-orang berbahasa ngapak.

Bekas Kepuasanku dan Aku Menginginkannya Kembali

    Aku bisa saja mengucapkan aishiteru, ich liebe dich, I love you dan yang lainnya kalau mau. Aku juga masih mau merasakan kelembutan bibirmu saat kucium. Merasakan hangatnya tubuhmu saat kupeluk. Indahnya lekukan bentuk tubuhmu saat kau telanjang. Padat dan besarnya ukuran payudaramu saat kuremas. Memerahnya putingmu saat kuhisap dan kugigit. Juga aku masih ingin merasakan nikmatnya vaginamu saat kita bercinta. Aku masih ingat dengan semua itu, semua rasa yang pernah kau sajikan dan kau berikan padaku waktu itu. Menggratiskannya begitu saja. Mungkin hanya dengan sekedar mengganti ongkos sewa hotel, makan, minum dan kondom pastinya. Karena aku tak mau menghamilimu di saat kau belum siap untuk mengandung janin dan aku belum siap menghidupimu. Kurasa sekedar cinta saja tak akan cukup untuk membayar semua itu. Meskipun kau selalu memintaku untuk mengeluarkan semua hasil ejakulasiku di dalam vaginamu tanpa pengaman.

Kamis, 24 Mei 2012

Cerita Untuk Masa Depan Mengingat Masa Laluku

   Tepat hari ini tanggal 24 Mei 2022, aku memperingati hari kelahiranku dari seorang wanita. Tepatnya usiaku 33 tahun sekarang. Usiaku semakin bertambah dan semakin mendekatkanku dengan kematian. Tapi, aku bersyukur aku masih diberi nafas untuk merasakan kehidupan di dunia yang katanya singkat ini. Aku masih bisa merasakan momen-momen yang mungkin hanya terjadi sekali seumur hidupku. Dimana aku telah menyelesaikan kuliah untuk mendapatkan gelar sarjanaku dan diwisuda untuk kedua kalinya. Aku telah menyelesaikan amanahku sebagai Pimpinan Umum (PU) di LPM MANIFEST dan berhasil mencetak generasi jurnalis kampus yang kritis dengan kondisi sosial dan sekitarnya. Aku diterima kerja di perusahaan media surat kabar lokal di Jember. Telah menikah dan kini baru saja diberikan buah hati yang kedua. Melihat mereka tumbuh besar menjadi dewasa. Sungguh momen-momen yang sangat indah dan tak terlupakan. Tak terasa sang waktu berlari begitu cepat dan menghalusinasiku hingga saat ini dan nanti.

Rabu, 23 Mei 2012

Terpaksa Menjadi Saksi Hidup


Sedih dan miris, itu yang kurasakan malam ini. Aku tidak bisa berpikir, apa yang menjadi keinginanku nanti setelah aku menuntaskna bangku kuliah ini. Bayangan atau gambaran kasar bahkan aku tak punya. Di saat teman-teman semeja saat ngopi di Bulek membahas keinginan mereka; Cetar dan Kentok. Mereka bahkan berkeinginan yang sangat tinggi untuk masa depan mereka. Tentang melanjutkan S2 ke luar negeri dengan mendapatkan beasiswa sampai pekerjaan mereka. Keinginan untuk mencerdaskan dan meningkatkan derajat kaum bawah. Dengan cara mempunyai lahan pertanian, perkebunan, peternakan, taman baca, rumah sakit, dll. Mereka ceritakan jelas dan detail. Sampai keinginan mengubah pola pikir yang peka terhadap lingkungan, sosial, politik masyarakat. Menguasai stasiun televisi, media cetak dan menjadi tokoh di balik layar. Bahasan kerja sama yang akan mereka bangun nanti.
Sedangkan aku, hanya bisa mengamini, mendengarkan dan terus berpikir tentang itu semua. Kondisi dimana aku terpaksa harus menjadi saksi hidup dari impian-impian mereka. Dua orang organisatoris pemikir. Padahal salah satu diantara mereka usianya di bawahku. Walaupun dia satu angkatan di atasku di kampus. Malu, saat aku harus diam dan belum memikirkan apa yang merupakan keinginanku atau mimpiku. Di kampus yang memang benar-benar bukan minat dan bakatku tinggal. Aku semakin bingung dan khawatir terhadap diriku. Aku hidup tanpa tujuan hidup. Aku hanya menjalankan apa yang sedang ku jalani saat ini. aku tidak bisa menikmatinya, membebaskan pikiranku untuk berkeinginan seperti mereka. Yang dengan penuh keyakinan dan harapan.

Pengaruh Insomnia

-->
   Saat-saat menjelang pergantian angkaku. Aku harus mengalami kepedihan atas luka yang masih menganga oleh perbuatan masa lalu yang tak bisa dipersalahkan. Oleh sosok yang dengan mudahnya meninggalkan dan membiarkan setelah luka itu tersusun rapi. Membuyarkan semua rasa yang tak terbentuk dalam hitungan detik, menit atau jam. Tatanan kata-kata dan tingkah yang kini semburat tak beraturan.
   Tak terpikirkan bahkan terbayang akan tragedi hidup ini yang menyemburkan sejuta sumpah serapah, makian dan umpatan. Mungkin aku sendiri akan jijik melihat diriku sendiri di cermin yang penuh dengan nanah dan bangkai kemunafikanmu. Yang dengan lidah durimu selalu menjeratku dengan persuasif dan menjebakku dalam permainan retorika yang kau bangun. Menyanyikan lagu kesedihan dengan hati penuh dendam kebencian. Kau gantungkan bibir senyum palsu pemikat untuk memikat simpati kebodohanku.

Minggu, 20 Mei 2012

(Istilahnya) Chating

tersenyum dan kadang tertawa memandang layar putih sebuah kotak penuh rangkaian elektro..
hanya membiarkan kata-kata yang telah tertulis terbuang..
merangkai kata tanpa menjadikannya sajak..
tak menghasilkan dan sia-sia..
hanya bisa menjadi penghias maya pemikiran bodoh yang menjadi bahan senyum dan tawa..
sadarlah!!!
kau telah terjajah dan otakmu telah terakuisisi..
oleh sebuah kemajuan masa yang menjadikanmu impoten..
impoten akan pemaknaan kata rangkaian kata..
kata-kata yang kau tuliskan hanya berlalu dengan apresiasi bodoh tanpa arti oleh lawanmu di lain tempat..

Suasana Gerbong Malam Ini

tersusun rapi dalam barisan mimpi..
manusia yang kehilangan alamnya tanpa kehilangan nafas..
dalam gemuruh lingkaran besi bertemu baja..
berjalan lurus teratur sesuai alur..
kesadaran hilang ditelan kegelapan..
dengan posisi tak teratur tiap baris..
suara penajaja kehidupan mondar-mandir terabaikan..
kehadiran penajaja kehidupan tak akan tersadari..
sebelum mereka kembali ke alam putihnya..
alam yang tak akan menjadikan nyata kehidupan mimpi mereka..

Rabu, 16 Mei 2012

Third WPAP, Tetap Skintone


   Takashima Kouyou nama lengkapnya. Tapi, dikenal dengan nama Uruha. Laki-laki yang lahir di Kanagawa pada 9 Juni 1981 memainkan gitar di the GazettE. Guitarist dari the GazettE ini yang dikenal berpenampilan super seksi. Dia lebih cenderung menyerupai cewek dengan berpakaian yang menunjukkan pahanya yang putih dan mulus. Permainan gitarnya yang ngerock menjadi campuran pas setiap melodi the GazettE.

Minggu, 13 Mei 2012

Second WPAP


   Kai, nama panggilan dan nama yang lebih dikenal di the GazettE. Nama aslinya Uke Yukata, merupakan drummer sekaligus leader the GazettE. Salah satu band visual kei asal negeri Sakura ini, merupakan personil yang terakhir bergabung dengan the GazettE. Dia lahir di Tokushima pada 28 Oktober 1981. Gebukan drum yang mantap dan enerjik adalah penentu tempo di setiap lagu yang dibawakan the GazettE.

My First WPAP


   Suzuki Akira, yang lebih dikenal dengan Reita merupakan bassist salah satu band terkenal di Jepang. the GazettE adalah band yang membesarkan namanya dan yang dia ikuti sekarang. Pria yang lahir di Kanagawa, distrik Shounan pada tanggal 27 Mei 1981 memiliki ciri khas yang mudah untuk dikenal, yaitu noseband. Yang selalu dia gunakan di setiap performance bersama the GazettE.

Kamis, 10 Mei 2012

Setidaknya Saya Pernah Seranjang Dengan Anda

-->
Aku terakhir masuk kamar, lalu kututup pintu dan kukunci sekalian. Vira menaruh barang bawaannya di meja dan melepaskan jilbabnya. Aku lepas jaket dan kugantung digantungan baju yang berada di balik pintu. Kemudian, kutaruh tasku di meja di sudut kamar. Kuambil remote tv di meja tempat Vira menaruh barang bawaannya lalu kunyalakan tv sambil menunggu di melepas asesorisnya.
Tak lama kudatangi dia, kupeluk dia dari belakang dan kuciumi tubuhnya yang beraroma khas. Dengan tanggap diapun berbalik lalu bibir kita menyatu, kita berciuman. Selagi menikmati ciuman itu kita saling melepaskan pakaian sampai tak mengenakan sehelai benang pun. Kugiring lalu kurebahkan di atas rajang yang masih rapi sambil terus menikmati bibirnya yang lembut serta memainkan lidah kita di dalam mulut. Kita sudah terangsang sejak berciuman tadi. Kini kumulai meremas kedua payudaranya, kujilati putingnya yang memerah sampai kita benar-benar tidak tahan lagi. Permainan terjadi tanpa pikir panjang dan tanpa disadari. Kemudian kita klimaks sambil terus berciuman dan berpelukan erat.

Wanita

puncak dari keagungan yang tak bisa terungkap..
oleh kata..
makna..
hanya bisa terbata tanpa kata..
keindahan yang tak terlukiskan dalam imaji..
saat semua terpesona..
kau..
ya kau..
kaulah keindahan semesta..
saat bintang ada dimatamu..
saat pancaran sinar bulan terpancar di wajahmu..
terlukis semua dalam tubuh indahmu..
karya seni yang tak akan bisa ternilai..
sungguh kau sempurna..
wahai wanita..

(Mungkin) Harus Diam

Lirik tanpa melodi
Dalam alunan kesepian
Waktu tanpa detik
Diam tapi tetap bejalan
Masih sama tanpa senyuman
Hanya tawa kesedihan
Relung hati yang tetap kosong
Dan hitam menguasai pikiran
Kapan kau akan kembali?
Sampai kapan aku menanti?
Kemana cahaya putih itu?
Aku tak sepenuhnya tahu
Dan tak akan tahu

(Mungkin) Belengguku

-->
Tak bisa menjadi diri sendiri dan terus-menerus mengikuti keinginan orang lain. Berusaha berontak pasti akan senasib dengan Keenan dalam Perahu Kertas. Memutuskan pergi dari rumah karena bakat dan keinginannya untuk melukis ditentang ayahnya. Berusaha diam dan mengikuti apa yang diinginkan mungkin akan senasib dengan Naoko dalam Norwegian Wood. Yang akhirnya hanya diam, mengalami goncangan jiwa dan berujung pada bunuh diri.
Tak adakah sedikit saja yang bisa memahami dan mengerti. Membebaskan semuanya. Mendukung sepenuhnya. Sadarkah? Bahwa aku tidak hidup di jamanmu dan kamu tidak hidup di jamanku. Kita terkurung dalam waktu yang berbeda. Kebudayaan yang berbeda. Tingkah laku sosial yang mengalami penurunan dan semakin kendur. Ikatan norma yang sudah mulai melemah.

Bebasku

takjub akan kebebasanmu
terkekang ketenangan
dengan rantai damai suara angin
bebas melepas angan
hampa akan keraguan
berdiam saat ringan
merengkuh jiwa putih bidadari
dalam dunia cahaya terang
dengan kabut penghibur jiwa
raga tak lagi menjamin
ketika jiwa berpindah alam
aku pergi tanpa kata
dengan senyum simpul purnama

Mungkin Kehidupan

sakramen kecil pemburu liar
kesemrawutan tatanan keteraturan
tumbuh bersama keserakahan
tertarik angkara kemarahan
memuja dewa pemuas kata
ketika tak harus mengerti akan butir kehidupan
saat panjang kalimat tak harus jadi sesaji
mengusik angan dengan kehampaan suara
terpikir hati hanya kosong
berkabung dalam perih
bersandar kabut hitam kelam keingkaran
mengatur nurani dalam kesejukan karma
tak harus diam dan menunggu
bergerak tak harus bangun
kesempurnaan kesakitan perih matahari

(Bukan) Butiran Kesedihan

ketika sakit harus terungkit..
hati teriris miris tipis-tipis..
kehambaran lidah akan keindahan..
tak akan menjadi sekat penghalang kebangkitan..
tak selalu mematikan terik hati untuk menarik..
jangan terancam kabut hitam masa lalu..
jangan tegap membusung dada kepedihan tragedi..
hisap asap tebal kretek kecintaan..
selagi bara hati belum berasap hampa..
bangunkan detik permata rongga dada..
berkamuflase mencari waktu kata bermakna..
segenggam deburan hati putih menanti..
gapai dan simpan dalam loker brangkas serpihan hati..
jaga dan biarkan bebas dengan ikatan rantai kesetiaan..
fokus ketenangan dalam alunan kepercayaan dan keberanian..

Kidung Birahi II

menekuk lidah pemuas nafsu..
dalam amarah birahi malam buta..
melakoni wajah seorang pendosa..
ketika cucuran keringat penuh angkara..
memuncakkan kidung malam..
pada puncak purnama kekosongan..
terungkap makna cinta hanya sekedar pemuas raga..

Kidung Birahi I

terbayang dalam rangkaian imajinasi..
saat bersama tak bisa setia..
terkungkung dalam penjara kehilangan..
dulu..
pernah kita bersama..
melakukan berdua tanpa cinta hanya nafsu..
terkuasai iblis penguasa ranjang..
menemukan sensasi kenikmatan surga..
dalam kehidupan sementara tak nyata..
beradu birahi demi puncak kenikmatan surgawi bumi..
bisikan kata pemicu nafsu..
cucuran keringat pembakar raga..
terbuai dalam detik kemenitan..
menit jahanam yang membuang akal..
Ifrit..
kau menang atas birahi kami..

Malam

Keheningan dalam teduhnya rintik hujan.
Remang-remang cahaya bulan dan terangnya lampu kunang-kunang.
Serangkaian pemujaan yang menamakan dirinya malam.
Saat langit menghitamkan diri
Saat mata langit hanya bisa memantulkan sinar.
Saat dingin menyapa kulit tanpa kesesatan.

Tak hanya hening, hitam dan dingin.
Serangkaian prosesi pelepasan jiwa selalu terjadi.
Dengan mata yang menghitam,
mulut yang membisu,
dan telinga yang menuli.

Antara Kau dan Gladiator Malam

Tak hanya penghias mata..
Ternyata kau juga penghias ranjang bagi para gladiator malam..
Yang selalu siap menghunuskan pedang ke arahmu..
Dengan kegagahan dan kekuatannya..
Akan bertarung denganmu dalam permainan sesaat tanpa cinta..
Penuh peluh dan nafsu..
Buradu serasi dalam gerakan yang harmonis dan teratur..
Tak ada satupun penonton dalam pertarunganmu..
Dalam sepi dan remang cahaya yang menghiasi..
Hanya erangan kenikmatan samar terdengan di telinga..
Hembusan nafas sengal-sengal yang teratur..
Dan tetesan peluh yang menyelimuti tubuh..
Saksi bisu pertarungan malam itu..
Pertarungan sepi tanpa mata..

Kau Hari Ini II

Cukup!!!
Hentikan semua intervensimu..
Kau membutuhkanku saat kau ingin..
Tanpa terima kasih dan maaf..
Kau tinggalkan setelah semua nafsumu terpenuhi..
Apa aku begitu kotor???
Sehingga kau perlakukan seperti budak???
Budak nafsumu..
Yang selalu siap tiap saat dan tiap waktu saat kau butuhkan..
Dan harus melakukan sesuai instruksimu..
Tapi menganggap seperti semuanya tidak ada apa-apa di depan Gladiatormu..
Saat susah kau memanggilku..
Saat senang kau merelakan semuanya untuknya..
Bibirmu..
Payudaramu..
Vaginamu..
Tubuhmu..
Kau gratiskan semuanya untuknya..
Kau biarkan dia menikmati sisa-sisaku..

Kau Hari Ini I

Maaf..
Aku tahu caraku salah..
Aku hanya ingin kau mendapatkan kebahagiaanmu..
Pilihanmu cukup realistis..
Cukup!!!
Jangan bohongi dirimu lagi..
Jangan kau pungkiri apa yang hatimu katakan..
Semuanya sudah terlalu jelas..
Semuanya cukup detail kau jelaskan dengan mulutmu yang bungkam..
Dan suaramu yang tak pernah keluar..
Kau tahu apa yang terjadi padaku dan kondisiku..
Persenggamaan masalah itu tak pernah berhenti..
Mereka semakin bernafsu dan bernafsu..
Menekanku semakin kuat..
Terus menggerogotiku..
Dan kini..
Hatiku telah habis..