Tak bisa menjadi diri sendiri dan
terus-menerus mengikuti keinginan orang lain. Berusaha berontak pasti akan
senasib dengan Keenan dalam Perahu Kertas. Memutuskan pergi dari rumah karena
bakat dan keinginannya untuk melukis ditentang ayahnya. Berusaha diam dan
mengikuti apa yang diinginkan mungkin akan senasib dengan Naoko dalam Norwegian
Wood. Yang akhirnya hanya diam, mengalami goncangan jiwa dan berujung pada
bunuh diri.
Tak adakah sedikit saja yang bisa
memahami dan mengerti. Membebaskan semuanya. Mendukung sepenuhnya. Sadarkah?
Bahwa aku tidak hidup di jamanmu dan kamu tidak hidup di jamanku. Kita
terkurung dalam waktu yang berbeda. Kebudayaan yang berbeda. Tingkah laku sosial
yang mengalami penurunan dan semakin kendur. Ikatan norma yang sudah mulai melemah.
Ingin rasanya aku pergi dari
aturan yang memberatkan dan mengekangku. Membebaskanku dari kabut kepentingan.
Aku tak pernah suka seperti ini. Aku tak bisa dan tak mau menyalahkan
siapa-siapa. Tapi, kenapa aku harus selalu dipersalahkan? Dipersalahkan atas
kebebasanku. Dipersalahkan atas jalan yang aku pilih? Bukankah hak tiap manusia
untuk menentukan apa yang akan perbuat? Jalan mana yang akan dia tempuh. Toh
nantinya kita sendiri yang akan merasakan apa yang kita pilih. Apa yang kita
jalani.
Pengalaman memang guru yang
terbaik. Tapi kalau kita tak pernah merasakan pengalaman dan tak pernah
mengalaminya, kapan kita akan belajar? Apa hanya dari sekedar cerita saja?
Tanpa berani berbuat dan melakukannya? Tak lain seperti teori tanpa praktek.
Hanya bisa mendengarkan, mencatat dan mengingat-ingat. Memangnya kehidupan itu
pelajaran di sekolah?
Aku tak habis pikir akan semua
pola pikir mereka. Anak harus mengikuti dan menuruti apa yang orang tua katakan
dan perintahkan. Seolah-olah tak pernah ada pilihan lain selain apa yang keluar
dari mulut mereka. Aku layaknya robot yang dengan sensor penerima suara,
menerima perintah suara dan menjalankan perintah itu. Bedanya, robot akan
menerima pujian, sanjungan dan tepuk tangan yang meriah setelah bisa melakukan
perintah itu. Tapi aku? akan selalu dan terus dituntut lebih, lebih dan lebih. Masih terbelenggu dalam rangakain ikatan darah penuh rantai perintah generasi atas.
0 komentar:
Posting Komentar