TULIS.. TULIS.. TULIS..
Kartini dikenang karena dia menulis..
Pramoedya dikenang karena dia menulis..
Soe Hok Gie dikenang karena dia menulis..
Jika kau tidak menulis,
Maka kau telah mati sebelum dilahirkan..

-Diekey Lalijiwo-

Rabu, 23 Mei 2012

Terpaksa Menjadi Saksi Hidup


Sedih dan miris, itu yang kurasakan malam ini. Aku tidak bisa berpikir, apa yang menjadi keinginanku nanti setelah aku menuntaskna bangku kuliah ini. Bayangan atau gambaran kasar bahkan aku tak punya. Di saat teman-teman semeja saat ngopi di Bulek membahas keinginan mereka; Cetar dan Kentok. Mereka bahkan berkeinginan yang sangat tinggi untuk masa depan mereka. Tentang melanjutkan S2 ke luar negeri dengan mendapatkan beasiswa sampai pekerjaan mereka. Keinginan untuk mencerdaskan dan meningkatkan derajat kaum bawah. Dengan cara mempunyai lahan pertanian, perkebunan, peternakan, taman baca, rumah sakit, dll. Mereka ceritakan jelas dan detail. Sampai keinginan mengubah pola pikir yang peka terhadap lingkungan, sosial, politik masyarakat. Menguasai stasiun televisi, media cetak dan menjadi tokoh di balik layar. Bahasan kerja sama yang akan mereka bangun nanti.
Sedangkan aku, hanya bisa mengamini, mendengarkan dan terus berpikir tentang itu semua. Kondisi dimana aku terpaksa harus menjadi saksi hidup dari impian-impian mereka. Dua orang organisatoris pemikir. Padahal salah satu diantara mereka usianya di bawahku. Walaupun dia satu angkatan di atasku di kampus. Malu, saat aku harus diam dan belum memikirkan apa yang merupakan keinginanku atau mimpiku. Di kampus yang memang benar-benar bukan minat dan bakatku tinggal. Aku semakin bingung dan khawatir terhadap diriku. Aku hidup tanpa tujuan hidup. Aku hanya menjalankan apa yang sedang ku jalani saat ini. aku tidak bisa menikmatinya, membebaskan pikiranku untuk berkeinginan seperti mereka. Yang dengan penuh keyakinan dan harapan.
Sampai saat aku menulis tulisan ini, aku bahkan masih bingung dengan apa yang menimpaku. Apa yang terjadi sehingga aku mendapatkan jalan ini dan harus menjalaninya. Mungkin sampai beberapa tahun ke depan. Lima semester yang telah ku lewati, seakan-akan tidak berguna dan hilang di sapu ombak. Sia-sia yang ku dapatkan dari semua itu.
Tapi, paling tidak dari omongan tadi aku bisa memikirkan apa yang akan aku lakukan nanti. meskipun aku hanya bisa berandai-andai yang masih belum pasti. Minimal aku bisa menggali potensi yang ada dalam diriku dan menyalurkannya nanti. Entah dalam bentuk seperti apa atau dalam kegiatan apa. Hanya bisa bersyukur, mereka berdua dikirim untuk mengingatkan dan menyadarkanku. Sehingga aku bisa sadar dan sedikit berbenah mulai sekarang.


Jember, 24 Februari 2012

0 komentar:

Posting Komentar