Sedih dan miris, itu yang kurasakan
malam ini. Aku tidak bisa berpikir, apa yang menjadi keinginanku nanti setelah
aku menuntaskna bangku kuliah ini. Bayangan atau gambaran kasar bahkan aku tak
punya. Di saat teman-teman semeja saat ngopi di Bulek membahas keinginan mereka;
Cetar dan Kentok. Mereka bahkan berkeinginan yang sangat tinggi untuk masa
depan mereka. Tentang melanjutkan S2 ke luar negeri dengan mendapatkan beasiswa
sampai pekerjaan mereka. Keinginan untuk mencerdaskan dan meningkatkan derajat
kaum bawah. Dengan cara mempunyai lahan pertanian, perkebunan, peternakan, taman baca, rumah sakit, dll. Mereka ceritakan jelas dan detail.
Sampai keinginan mengubah pola pikir yang peka terhadap lingkungan, sosial,
politik masyarakat. Menguasai stasiun televisi, media cetak dan menjadi tokoh
di balik layar. Bahasan kerja sama yang akan mereka bangun nanti.
Sedangkan aku, hanya bisa mengamini,
mendengarkan dan terus berpikir tentang itu semua. Kondisi dimana aku terpaksa
harus menjadi saksi hidup dari impian-impian mereka. Dua orang organisatoris
pemikir. Padahal salah satu diantara mereka usianya di bawahku. Walaupun dia
satu angkatan di atasku di kampus. Malu, saat aku harus diam dan belum
memikirkan apa yang merupakan keinginanku atau mimpiku. Di kampus yang memang
benar-benar bukan minat dan bakatku tinggal. Aku semakin bingung dan khawatir
terhadap diriku. Aku hidup tanpa tujuan hidup. Aku hanya menjalankan apa yang
sedang ku jalani saat ini. aku tidak bisa menikmatinya, membebaskan pikiranku
untuk berkeinginan seperti mereka. Yang dengan penuh keyakinan dan harapan.
Sampai saat aku menulis tulisan ini,
aku bahkan masih bingung dengan apa yang menimpaku. Apa yang terjadi sehingga
aku mendapatkan jalan ini dan harus menjalaninya. Mungkin sampai beberapa tahun
ke depan. Lima semester yang telah ku lewati, seakan-akan tidak berguna dan
hilang di sapu ombak. Sia-sia yang ku dapatkan dari semua itu.
Tapi, paling tidak dari omongan tadi
aku bisa memikirkan apa yang akan aku lakukan nanti. meskipun aku hanya bisa
berandai-andai yang masih belum pasti. Minimal aku bisa menggali potensi yang
ada dalam diriku dan menyalurkannya nanti. Entah dalam bentuk seperti apa atau
dalam kegiatan apa. Hanya bisa bersyukur, mereka berdua dikirim untuk
mengingatkan dan menyadarkanku. Sehingga aku bisa sadar dan sedikit berbenah
mulai sekarang.
0 komentar:
Posting Komentar