TULIS.. TULIS.. TULIS..
Kartini dikenang karena dia menulis..
Pramoedya dikenang karena dia menulis..
Soe Hok Gie dikenang karena dia menulis..
Jika kau tidak menulis,
Maka kau telah mati sebelum dilahirkan..

-Diekey Lalijiwo-

Kamis, 31 Januari 2013

SEJARAH PABRIK GULA; KEBERLANJUTAN DAN PROSPEK WISATA

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri.”

Kata Bung Karno, Proklamator Indonesia yang kemarin sempat diperdebatkan. Bukan sosoknya, tetapi gelar Proklamator termasuk sebagai Pahlawan Nasional atau bukan. Pada akhirnya pun aku tak tahu apakah termasuk Pahlawan Nasional atau bukan. Menurutku gelar Pahlawan Nasional memang pantas mereka sandang sebagai dwi tunggal.

Terlepas dari masalah di atas dan kembali pada kalimat pertama tulisan ini, bangsa ini memiliki banyak sekali sejarah. Mulai dari zaman pra-sejarah sampai reformasi seperti saat ini. Sebagai warga negara yang ingin bangsa ini besar sejarah tak boleh terlupakan. Siapa lagi yang akan membesarkan bangsa ini kalau bukan kita? Biarlah di bilang sok revolusioner meskipun aku bukan sosok revolusioner.

Banyak sekali sejarah dari bangsa ini yang pernah melambungkan namanya di dunia. Dari bidang olah raga, kelautan, petanian dan lain sebagainya yang belum aku tahu. Negara agraris yang sangat kuingat dan kutahu dari dulu, mungkin sejak aku duduk di bangku Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar. Dari sektor pertanian-lah yang sangat berperan menjadikan Indonesia mendapat sebutan negara agraris. Tak hanya dari padi saja, tanaman lain seperti tebu juga pernah membuat Indonesia menjadi pengekspor gula di dataran Eropa pada masa kolonial. Mungkin tak banyak yang tahu.

Pemanis yang termasuk dalam sembilan bahan pokok (sembako) dan harganya terus melambung ini memiliki banyak sekali sejarah. Terutama dari arsitekturnya, lebih spesifiknya ke pabrik gula. Mungkin salah satu dari beberapa bangunan masa kolonial yang masih tetap dioperasikan dan tidak dimuseumkan, selain stasiun dan kantor pos yang kutahu. Selebihnya menjadi museum, tapi kebanyakan bangunan bekas peninggalan jaman kolonial lain hilang tanpa bekas tergerus oleh masa.

Pabrik Gula Meritjan di Kediri, Jawa Timur





http://www.ptpn10.com/Eksternal/pabrik-low.jpg

Di Indonesia kini ada berapa puluh bahkan ratus pabrik gula yang tersebar di beberapa wilayah, seperti PTPN X yang berkantor pusat di Surabaya. PTPN X yang didukung oleh 11 pabrik gula yang tersebar di wilayah Jawa Timur, di antaranya: Sidorajo, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Kediri dan Tulungagung. Masing-masing pabrik memiliki sejarah dan cerita mereka sendiri sebelum akhirnya menjadi seperti sekarang ini. 

Sejarah dari sisi geografis, budaya, adat dan kepercayaan masing-masing pabrik gula pasti berbeda meskipun masuk dalam satu wilayah. Entah benar atau tidak jika dalam teori sejarah aku tak sepenuhnya tahu karena terakhir kali aku menuntut ilmu sejarah saat di kelas X. Itu pun hanya sepintas saja tidak sampai mendalam. Sisi yang kusebutkan di atas hal yang bisa menguak bagaimana sejarah pabrik gula berdiri dan terus hidup sebagai saksi bisu bangsa kita.

Cerita dari mulut ke mulut cara paling sederhana sejarah itu bisa terus diturunkan ke generasi di bawahnya. Aku menyadari saat membuka salah satu blog, sejarah yang dalam bahasa inggris adalah history yang jika dipisahkan menjadi dua kata menjadi his dan story. Masing-masing kata memiliki arti, his yang artinya dia (laki-laki) dan story adalah cerita. Jika keduanya digabungkan menjadi “dia bercerita” atau “cerita dia”. Satu kata yang berarti sejarah ternyata juga merupakan salah satu teknik untuk meneruskan sejarah.

Prospek Wisata
Saat ini apapun bisa menjadi uang, tak terkecuali sejarah pabrik gula. Salah satunya adalah Museum Gula yang berada di Klaten, Jawa Tengah. Museum yang menyimpan dan memberikan informasi tentang gula. Salah satu yang membesarkan bangsa kita. Mengapa? Karena museum ini merupakan satu-satunya di Asia Tenggara. Jika di lihat dari sisi bisnis, museum ini sangat berpotensi untuk memberikan pendapatan. Tak hanya museum itu sendiri tapi juga bangsa ini.

Aku masih belum tahu tentang isi dari museum itu secara rinci. Apakah secara detail membahas satu persatu pabrik gula di Indonesia dari yang tak ada menjadi ada dan tak ada kembali. Tapi, dengan media ini PTPN X bisa menjadikan potensi yang besar mengembangkan wisata sejarah di wilayahnya. Entah dalam bangunan terpusat atau menyediakan ruang khusus di tiap-tiap pabrik gula sebagai tempat mendapatkan ilmu. Dari sini potensial sekali sebagai lahan bisnis yang menguntungkan bagi perusahaan.
Selain itu, film terutama film animasi dapat juga digunakan sebagai media penyampaian sejarah. Seperti salah satu stasiun tv swasta yang menyajikan pengetahuan dalam yang di kemas dengan media film. Media ini sangat menarik meneruskan sejarah untuk anak sejak dini. Dari sini anak bisa mendapatkan ilmu yang bisa kemudian memicu dia mengembangkan industri gula di Indonesia. Apalagi banyaknya SDM dan teknologi yang canggih semakin mempermudah untuk merealisasikan cara itu. Film dokumenter pada masa kolonial tentang proses pembuatan gula juga bisa menjadi altenatif lain. Di samping semakin merebaknya penggemar film di Indonesia. Kemudian ditayangkan di ruang audio visual pabrik dalam format 3D, pasti akan menarik. Selain itu akan mendatangkan pemasukan yang lumayan dari pemutaran film itu.

Setelah membahas format yang menarik untuk menyampaikan sejarah, sekarang bagaimana menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung. Media dunia maya merupakan tempat yang mudah dan cepat untuk mempromosikannya. Terlebih Museum Gula sendiri belum memiliki website sendiri. Dari sini bisa menjadi awal untuk bisa mengembangkan wisata sejarah yang masih belum dikenal yang sekaligus menjadi media meneruskan sejarah dan bisnis. []


0 komentar:

Posting Komentar