“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri.”
Kata Bung Karno, Proklamator Indonesia yang kemarin
sempat diperdebatkan. Bukan sosoknya, tetapi gelar Proklamator termasuk sebagai
Pahlawan Nasional atau bukan. Pada akhirnya pun aku tak tahu apakah termasuk
Pahlawan Nasional atau bukan. Menurutku gelar Pahlawan Nasional memang pantas
mereka sandang sebagai dwi tunggal.
Terlepas dari masalah di atas dan kembali pada kalimat
pertama tulisan ini, bangsa ini memiliki banyak sekali sejarah. Mulai dari
zaman pra-sejarah sampai reformasi seperti saat ini. Sebagai warga negara yang
ingin bangsa ini besar sejarah tak boleh terlupakan. Siapa lagi yang akan
membesarkan bangsa ini kalau bukan kita? Biarlah di bilang sok revolusioner
meskipun aku bukan sosok revolusioner.
Banyak sekali sejarah dari bangsa ini yang pernah
melambungkan namanya di dunia. Dari bidang olah raga, kelautan, petanian dan
lain sebagainya yang belum aku tahu. Negara agraris yang sangat kuingat dan
kutahu dari dulu, mungkin sejak aku duduk di bangku Taman Kanak-Kanak atau
Sekolah Dasar. Dari sektor pertanian-lah yang sangat berperan menjadikan
Indonesia mendapat sebutan negara agraris. Tak hanya dari padi saja, tanaman
lain seperti tebu juga pernah membuat Indonesia menjadi pengekspor gula di
dataran Eropa pada masa kolonial. Mungkin tak banyak yang tahu.
Pemanis yang termasuk dalam sembilan bahan pokok (sembako)
dan harganya terus melambung ini memiliki banyak sekali sejarah. Terutama dari arsitekturnya,
lebih spesifiknya ke pabrik gula. Mungkin salah satu dari beberapa bangunan
masa kolonial yang masih tetap dioperasikan dan tidak dimuseumkan, selain
stasiun dan kantor pos yang kutahu. Selebihnya menjadi museum, tapi kebanyakan
bangunan bekas peninggalan jaman kolonial lain hilang tanpa bekas tergerus oleh
masa.
Pabrik Gula Meritjan di Kediri, Jawa Timur |
http://www.ptpn10.com/Eksternal/pabrik-low.jpg |
Di Indonesia kini ada berapa puluh bahkan ratus pabrik
gula yang tersebar di beberapa wilayah, seperti PTPN X yang berkantor pusat di
Surabaya. PTPN X yang didukung oleh 11 pabrik gula yang tersebar di wilayah
Jawa Timur, di antaranya: Sidorajo, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Kediri dan
Tulungagung. Masing-masing pabrik memiliki sejarah dan cerita mereka sendiri
sebelum akhirnya menjadi seperti sekarang ini.
Sejarah dari sisi geografis, budaya, adat dan kepercayaan
masing-masing pabrik gula pasti berbeda meskipun masuk dalam satu wilayah.
Entah benar atau tidak jika dalam teori sejarah aku tak sepenuhnya tahu karena
terakhir kali aku menuntut ilmu sejarah saat di kelas X. Itu pun hanya sepintas
saja tidak sampai mendalam. Sisi yang kusebutkan di atas hal yang bisa menguak
bagaimana sejarah pabrik gula berdiri dan terus hidup sebagai saksi bisu bangsa
kita.
Cerita dari mulut ke mulut cara paling sederhana sejarah
itu bisa terus diturunkan ke generasi di bawahnya. Aku menyadari saat membuka
salah satu blog, sejarah yang dalam bahasa inggris adalah history yang jika dipisahkan menjadi dua kata menjadi his dan story. Masing-masing kata memiliki arti, his yang artinya dia (laki-laki) dan story adalah cerita. Jika keduanya digabungkan menjadi “dia
bercerita” atau “cerita dia”. Satu kata yang berarti sejarah ternyata juga
merupakan salah satu teknik untuk meneruskan sejarah.
Prospek Wisata
Saat ini apapun bisa menjadi uang, tak terkecuali sejarah
pabrik gula. Salah satunya adalah Museum Gula yang berada di Klaten, Jawa
Tengah. Museum yang menyimpan dan memberikan informasi tentang gula. Salah satu
yang membesarkan bangsa kita. Mengapa? Karena museum ini merupakan satu-satunya
di Asia Tenggara. Jika di lihat dari sisi bisnis, museum ini sangat berpotensi
untuk memberikan pendapatan. Tak hanya museum itu sendiri tapi juga bangsa ini.
Aku masih belum tahu tentang isi dari museum itu secara
rinci. Apakah secara detail membahas satu persatu pabrik gula di Indonesia dari
yang tak ada menjadi ada dan tak ada kembali. Tapi, dengan media ini PTPN X
bisa menjadikan potensi yang besar mengembangkan wisata sejarah di wilayahnya.
Entah dalam bangunan terpusat atau menyediakan ruang khusus di tiap-tiap pabrik
gula sebagai tempat mendapatkan ilmu. Dari sini potensial sekali sebagai lahan
bisnis yang menguntungkan bagi perusahaan.
Selain itu, film terutama film animasi dapat juga
digunakan sebagai media penyampaian sejarah. Seperti salah satu stasiun tv
swasta yang menyajikan pengetahuan dalam yang di kemas dengan media film. Media
ini sangat menarik meneruskan sejarah untuk anak sejak dini. Dari sini anak
bisa mendapatkan ilmu yang bisa kemudian memicu dia mengembangkan industri gula
di Indonesia. Apalagi banyaknya SDM dan teknologi yang canggih semakin
mempermudah untuk merealisasikan cara itu. Film dokumenter pada masa kolonial
tentang proses pembuatan gula juga bisa menjadi altenatif lain. Di samping
semakin merebaknya penggemar film di Indonesia. Kemudian ditayangkan di ruang
audio visual pabrik dalam format 3D, pasti akan menarik. Selain itu akan
mendatangkan pemasukan yang lumayan dari pemutaran film itu.
Setelah membahas format yang menarik untuk menyampaikan sejarah,
sekarang bagaimana menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk
berkunjung. Media dunia maya merupakan tempat yang mudah dan cepat untuk
mempromosikannya. Terlebih Museum Gula sendiri belum memiliki website sendiri.
Dari sini bisa menjadi awal untuk bisa mengembangkan wisata sejarah yang masih
belum dikenal yang sekaligus menjadi media meneruskan sejarah dan bisnis. []
0 komentar:
Posting Komentar