Entah harus memulai dari mana
untuk mengawali tulisan ini. Sudah sejak sebelum pukul 00.37 hari ini aku
memikirkan hal itu. Aku pun ingin segera menuliskan semuanya dalam tulisan ini.
Padahal perbincangan malam ini bersama tujuh teman Persma Jember dan Mas Bro
sangat menarik. Kita duduk santai di kursi di sebuah ruangan yang hampir mirip
sebuah gang di kediaman Mas Bro. Dengan suguhan kopi dan rokok tentunya.
Perbicangan yang cukup panjang dan banyak hal yang kudapat tadi. Sampai
akhirnya kami harus menyudahi perbincangan, berpamitan dan meninggalkan
kediaman Mas Bro sekitar pukul 02.24.
Kupikir aku akan segera pulang
untuk secepatnya menulis, menceritakan semuanya. Ternyata tak seperti yang
kupikirkan, beberapa teman mengajak untuk singgah terlebih dahulu ke warung
bubur ayam. Meskipun sempat kroyokan
makan di rumah Mas Bro dengan lauk seadanya. Aku ikut memesan seporsi bubur
ayam biasa dan menyantapnya selagi hangat. Sekitar pukul 02.55 aku barumembukan
laptop dan memulai menulis.
Berawal dari membaca tulisan di
blogmu tentang sebuah kenangan. Malam ini tiba-tiba aku memikirkan hal itu dan
membangunkan sedikit ingatanku kembali dengannya. Sebuah kisah yang hampir sama
dengan yang kau tuliskan. Bahkan semenjak ada dirimu aku hampir tak bisa dan
mau mengingatnya lagi. Terkecuali saat dirimu bertanya tentangnya saat bersamaku
dulu.
Aku baru tahu jika tiga hari yang
lalu adalah saat dirimu memulai hubungan dengan yang lalu. Kau ceritakan saat
kita ngobrol santai dan aku merespon biasa saja. Pun aku juga menimpali hal
yang sama, tiga hari sebelum tiga hari lalu aku juga memulai hubungan masa
lalu. Kurasa kau pun menanggapi sama sepertiku, biasa saja. Maeskipun aku tak
bisa memastikan dan benar-benar tahu.
Siang tadi, sengaja aku membuka
blogmu karena memang aku ingin tahu apa yang kau tulis. Kudapati sedikit
kenangan tentang dua tahun lalu di posting
terakhir. Kau tulis dalam bahasa inggris entah ada berapa baris, seingatku
lumayan banyak. Kubuka translate online
untuk menerjemahkannya secara utuh. Meskipun saat aku membacanya aku bisa sedikti
mengartikan dan mengetahui maksud dari tulisanmu. Hanya sebuah kenangan saja,
tak berarti apa-apa pikirku. Tapi, kau masih bisa mengingatnya dan
mengungkapkan perasaan yang pernah kau rasa dengannya. Dia memang masih kau ingat,
menginspirasimu dan mengubah hidupmu. Bukan sesuatu yang salah dan itu bagus,
menurutku.
Berbeda denganku yang tak mau
mengingat kisah yang kumulai tiga tahun lalu dan berakhir 21 bulan setelahnya.
Aku tak peduli lagi dan tak mau tahu. Saat ini ada dirimu yang telah memberi
warna dalam catatan hidupku. Aku tak peduli lagi dengannya, toh dia juga sudah
tak mau lagi mengenalku. Seperti yang kau pernah katakan, kau tak memperdulikan
masa laluku, pun aku. Meskipun terkadang ada sedikit rasa cemburu saat kau
menceritakan dia atau salah satu masa lalumu. Sengaja bertanya tentang masa
lalumu lalu aku cemburu dengan jawaban dan ceritamu. Seolah aku sengaja membuat
diriku cemburu. Tak sadar begitu bodohnya aku.
Dua belas jam lebih setelah aku
membaca dan mengerti maksud dari yang kau tulis, aku memikirkannya. Timbul
suatu kegelisahan dan ketakutan. Aku gelisah karena kau masih mengingat seorang
dia dan kisahmu dengannya. Ada beberapa detail yang juga kau ingat tentangnya.
Perasaan saat itu pun kau gambarkan dalam tulisan di blogmu. Saat berbicara
ketakutanku, tak hanya satu yang kutakutkan, tapi dua. Aku takut kau masih
berharap atau menginginkannya (lagi) dan yang paling adalah kehilanganmu.
Meskipun kecil kemungkinan itu tapi, aku tak bisa memastikannya.
Terlalu terbawa dan rapuh,
mungkin seperti itu gambaranku saat ini. Semacam traumatik dengan masa laluku
sedikit banyak berpengaruh untukku dalam kita. Kau pun sudah tahu dan memahami
semuanya. Dari traumatik itu aku banyak belajar dan membawa hubungan yang lebih
baik denganmu.
Aku tak mau menyalahkan apa yang
telah kau ungkapkan dan terbaca olehku. Memang karena kau dan tulisanmu tak
memiliki salah. Masa lalu tak bisa dipersalahkan dan diubah. Hanya akan menjadi
cerita dan sejarah dari hidup kita. Mungkin yang kurasakan terlalu berlebihan
dan lebay. Aku pun tak mau menyelesaikan konflik dalam diriku dengan emosi
kemarahan. Mendiamkanmu, memarahimu atau menyalahkanmu. Akan ku simpan dan kuselesaikan
sendiri, tenang saja aku tak akan melukai diriku sendiri. Aku tak ingin
menyelesaikan dengan semua solusiku di masa lalu. Aku akan menyelesaikan dengan
pelukan dan (mungkin) meneteskan sedikit air mata di bahumu.
3 komentar:
oke, aku mulai ngefans kamu setelah baca ini :) keep writing
hehehe...
terima kasih komentarnya kakak...
oki doki...
ini masih belajar nulis...
:)
fighting!!!
Gomen...
:)
Posting Komentar