TULIS.. TULIS.. TULIS..
Kartini dikenang karena dia menulis..
Pramoedya dikenang karena dia menulis..
Soe Hok Gie dikenang karena dia menulis..
Jika kau tidak menulis,
Maka kau telah mati sebelum dilahirkan..

-Diekey Lalijiwo-

Selasa, 27 November 2012

Ketakutan (ku)

   Entah kenapa ketakutan itu selalu muncul, di saat aku menjalani hubungan itu. Hubungan dengan seorang perempuan yang memang benar-benar telah meluluhkan hati. Dengan semua kejujuran, kelembutan dan ketenangan yang menyelimutinya.  Aku tak sepenuhnya tahu dan mengerti. Bahkan sampai saat ini aku tak menemukan jawabannya. Ketakutan tak pantas untukmu dan untuk kehilanganmu. Ketakutan itu melintas tanpa pernah tahu waktu.

   Pikiran ini tak pernah memandang dengan sisi positifnya. Aku merasa nyaman denganmu bahkan sangat nyaman. Tak ada tuntutan yang memaksaku menjadi orang lain dan sesuai dengan keinginanmu. Kau menerima tanpa tudung aling-aling semua kebiasaan burukku. Di sisi lain aku merasa diriku ini jauh dari pantas mendapatkan kepercayaan hatimu padaku. Memang tak perlu kesempurnaan tapi, aku merasa diriku ini seperti seonggok kotoran najis yang harusnya dibiarkan atau dibuang. Kotoran yang tak seharusnya disentuh bahkan dengan sepenuh hati yang suci.

   Sisi lain yang lebih menakutkan adalah aku tak menemukan cintamu saatku membuka mata. Membayangkan tak bertemu bahkan tanpamu aku tak berani. Apalagi kehilangan ketulusan cinta dan sayangmu. Cukup lama dan sulit untukku meyakinkan diri memulai kembali hadirnya sesosok pengisi ruang hati. Begitu pula dirimu yang pernah gagal bersama sebelumnya. Ketakutan kehilangan sangat menghantui saat begitu sulitnya mengosongkan ruang hati dari masa lalu dan kau yang mampu masuk dan mewarnainya.

   Memang hubungan ini cukup konyol saat dideklarasikan menurutku pun dirimu. Sejak awal kita memang sudah saling memendam rasa yang saat ini membawa kita bersama. Bahkan, kita tak saling tahu sampai hari itu dan malam menjelang pergantian penanggalan hijriyah. Sampai beberapa hari setelahnya aku masih merasakan ini seperti dalam mimpi. Keyakinan itu terbantahkan dengan beriringnya waktu bersama kita. Sentuhanmu menyadarkan semua ilusi yang kurasa. Seolah tanpa keseriusan saat itu tapi, kita mencoba serius menjalankan hubungan ini.

   Coretan ini sekedar sepenggal ketakutanku dalam mimpimu malam ini. Harapku semua ketakutan ini segera melebur dan hilang oleh rasa yang membungkus kita dalam pertautan hati ini.

2 komentar:

iraz mengatakan...

cieee nduwe pacar baru yooo???

Unknown mengatakan...

hehehe...
:)
itulah rangkaian hidup...

Posting Komentar