Kemarin dini hari, sekitar pukul 1 dini hari waktu
setempat beberapa pemuda berkumpul di kafe. Saat itu kebetulan jam bertugasku
telah selesai dan kafe telah tutup. Tetapi, lagu The SIGIT masih terdengar
keras keluar dari sound sistem. Aku yang bertugas sebagai operator malam itu
sengaja tidak mematikan untuk meramaikan malam yang telah habis masanya. Ada
Sembilan pemuda termasuk aku disana, duduk menunggu. Dua orang sedang asik
bermain catur, sedangkan yang lain menghisap lintingan tembakau sembari salah
seorang membagikan minuman penghangat nafas malam. Kami menanti tutupnya ruko laundry sebelah sebelum beraksi,
berharap tak ada yang menyaksikan aksi malam ini.
Setelah lumayan lama menunggu, akhirnya rolling door digeser dan dikaitkan. Laundry tutup. Langsung kami keluar dan
menuju dinding panjang di depan kafe, bersiap untuk beraksi. Sadam keluar
membawa empat kaleng diikuti aku di belakangnya yang juga membawa empat kaleng.
Menyusul yang lainnya, Fok Dedi, Bil, Elmi, Keceng, Diekey, Dani dan Cetar menuju
TKP. Aksi yang sudah direncanakan sekitar lima hari sebelumnya akan terealisasi
sebentar lagi. Jika ada yang kenal dengan sebagian dari mereka pasti tahu apa
yang akan dilakukan. Dinding ruang publik dan mereka hasilnya adalah graffiti,
dengan bantuan cat semprot tentunya.
Cat semprot kami dapatkan dengan cara patungan
dari aku, Sadam, Bil, Elmi dan Fok Dedi. Hingga diperoleh delapan kaleng dengan
warna pink, biru, hijau, abu-abu, putih dan hitam. Selain cat semprot, si Elmi
juga menyiapkan cat tembok dan kuas untuk aksi malam itu. Fok Dedi juga telah
menyiapkan layer kertas, dia dikenal
dengan teknik stensilnya. Semua peralatan telah diletakkan, Fok Dedi membuka
gulungan kertas yang berisi layer dan mengurutkan satu persatu kertas ukuran
lebih besar dari folio, kira-kira ada sekitar 20 lembar.
Aksi pertama dibuka olehnya disusul Elmi dan Sadam
yang langsung membuat sket di kanvas luas dan terbuka itu. Elmi membuat cacing
dan Sadam membuat rangkaian huruf yang kira-kira bertuliskan “LSK”. Sambil
membawa kertas yang telah bergambar Sadam khusyuk membuah sket. Bil yang
notabene anggota dari salah satu komunitas graffiti masih belum beraksi. Tak
butuh waktu lama untuk menyelesaikan sket bagi Elmi dan warna hijau dipilih
untuk memblok tubuh cacing. Cat tembok warna hitam kemudian diambil untuk
mewarnai mata cacingnya dengan bantuan kuas. Tak lama berselang Sadam pun mulai
memblok graffiti buatannya, hijau untuk huruf “L”, biru untuk “S” dan pink
untuk “K”. Pun Fok Dedi yang memblok warna merah setelah layer terbawah terselesaikan. Bil beranjak dan memulai membuat sket
dengan cat semprot warna biru. Tangannya begitu cekatan dan cepat, maklum dia
sudah biasa membuat street art. Setelah membuat karakternya dia mengelilingi
karakter itu dengan rangkaian huruf “JSA”.
Aku, Cetar dan Diekey melihat di belakang mereka
sambil menikmati kacang kulit. Dani sibuk mengambil gambar dari DSLR miliknya,
sedangkan Keceng sibuk sebagai bagian pengairan. Membawa botol, gelas dan
membagikan kepada mereka yang mau menenggak oplosan. Untukku ini pertama
kalinya menyaksikan pagelaran street art,
sudah lama aku suka graffiti. Sebenarnya aku diajak untuk membuat di kanvas
terbuka itu, tapi aku masih belum pernah membuat graffiti sama sekali. Jadi aku
mengamati terlebih dahulu sambil mempersiapkan aksi selanjutnya. Untuk stensil
aku mengenalnya dari Sadam, setelah itu aku lumayan aktif membuat stensil di
sekretariat. Pernah sampai gara-gara itu Pembantu Dekan III dan kemahasiswaan
datang meminta stesilan-ku dihapus. Saat itu tak langsung kukabulkan, aku
dibantu Cetar mencoba mempertahankan dan mencari dasar kenapa harus dihapus. Namun,
pada akhirnya kita harus menyerah dengan memblok dengan warna hitam.
Stensilan yang mendatangkan PD 3 dan kemahasiswaan. (FHSK) |
Kembali lagi ke aksi street art, para seniman masih berkutat dengan karya mereka sambil
istirahat sejenak untuk menghisap kretek filter. Fok Dedi menuju karya keduanya,
aku membantu memegangi layer yang
masih bersih belum ternoda oleh cat semprot. Layer yang masih baru dan dinding depan kafe merupakan karya
pertama layer itu, dimana cat semprot
akan menodainya. Berbeda dengan yang pertama, dia menyemprotkan tipis. Kemudian
menyemprotkan warna merah, biru dan pink secara acak memblok semprotan tipis
yang pertama. Tak lama, layer tadi ditempelkan
di dinding dan kali ini menyemprotkan dengan tebal. Ternyata untuk menyiasati
satu layer dan bisa diblok warna. Setelah
selesai ornamen api dibuat dengan warna merah di sekelilingnya. Teknik yang
sama digunakan untuk tulisan “Can’t Life
Without You”. Selesai untuk karya Fok Dedi, dua karya untuk malam itu. Tak lama
setelah menghabiskan kretek filternya dia kabur, disusul Dani dan Diekey.
Dua karya stensil dari Fok Dedi. (FHSK) |
Bil memblok karyanya dengan warna pink, biru dan
abu-abu tapi tidak penuh. Outline warna hitam mempertegas garis dan bentuk
karyanya. Memberikan ornamen penghubung karya Fok Dedi di kirinya dan karya Elmi
di kanannya yang sudah dioutline abu-abu. Saat itu cat semprot telah habis dari
lambung kaleng. Hanya menyisakan warna hitam dan putih. Sadam pun tidak bisa
menyelesaikan karyanya karena hal itu, dia menambahkan sisa-sisa di karyanya: putih,
abu-abu dan merah. Namun hanya terselesaikan sekitar 50% dari total karyanya.
Bil dan Elmi kemudian membuat tulisan dari cat semprot yang tersisa. “Can Stop
Street Art” dibuat di sebelah kiri atas karya Bil dan “May I Spray This Wall”
di atas karya Elmi dan sebelah kiri karya Fok Dedi. Bahkan Elmi masih
melanjutkan dengan menggambar mural “Worm Army”. Pagelaran karya street art ditutup dengan foto di depan karya mereka
dan disambut cahaya keemasan dari timur.[]
Street Art. (FHSK) |
2 komentar:
wow....
#ninggal jejak
oki doki...
Posting Komentar