Tepat hari ini tanggal 24 Mei
2022, aku memperingati hari kelahiranku dari seorang wanita. Tepatnya usiaku 33
tahun sekarang. Usiaku semakin bertambah dan semakin mendekatkanku dengan
kematian. Tapi, aku bersyukur aku masih diberi nafas untuk merasakan kehidupan
di dunia yang katanya singkat ini. Aku masih bisa merasakan momen-momen yang
mungkin hanya terjadi sekali seumur hidupku. Dimana aku telah menyelesaikan
kuliah untuk mendapatkan gelar sarjanaku dan diwisuda untuk kedua kalinya. Aku
telah menyelesaikan amanahku sebagai Pimpinan Umum (PU) di LPM MANIFEST dan
berhasil mencetak generasi jurnalis kampus yang kritis dengan kondisi sosial
dan sekitarnya. Aku diterima kerja di perusahaan media surat kabar lokal di
Jember. Telah menikah dan kini baru saja diberikan buah hati yang kedua. Melihat
mereka tumbuh besar menjadi dewasa. Sungguh momen-momen yang sangat indah dan
tak terlupakan. Tak terasa sang waktu berlari begitu cepat dan menghalusinasiku
hingga saat ini dan nanti.
Aku ingat, tepatnya sepuluh tahun
lalu aku masih sering menuliskan catatan dan kuposting di tempat ini, blog
pribadiku. Yang akhirnya menjadi kebiasaanku sampai sekarang. Dimana aku biasa
memajang hasil karyaku atau sekedar unek-unek
yang saat itu kurasakan. Saat dimana aku masih sebagai seorang mahasiswa biasa,
dengan prestasi akademik yang cukup. Tidak cukup baik melainkan cukup buruk di
mata orang di sekitarku. Tidak baik terutama menurut keluarga maupun
teman-teman tapi, menurutku itu cukup baik dan memuaskanku. Karena aku memang
kurang pandai dalam hal akademik, terutama ilmu ke-THP-an. Saat itu aku lebih
suka mengurusi masalah non-akademik, terutama organisasi. Dengan segala kemelut
emosi jiwa perubahan menuju kedewasaan. Kedewasaan fisik maupun pemikiran dalam
meyikapi semua masalah yang ada. Aku ingat waktu itu, tiga hari setelah
MANIFEST menerbitkan buletin karya anggota magang dan tabloid hasil kerja keras
pengurus. Momen dimana aku mulai menginjakkan kakiku di angka berurutanku dan
meninggalkan angka kembarku. Media pertama yang ditelurkan kembali oleh LPM
MANIFEST setelah beberapa tahun tertidur. Yang merupakan percikan pemicu
semangat untuk menghasilkan karya yang lebih dan lebih. Juga membangkitkan
MANIFEST sampai saat ini.
Saat-saat dimana aku mulai
mendapatkan pencerahan tentang cita-cita dan keinginanku nantinya. Karena
sebelumnya aku bahkan tidak memiliki angan-angan tentang kehidupanku setelah
aku terlepas dari bangku kuliah. Dimana aku disadarkan oleh ketua umum
organisasi kesenian di kampus saat kita diskusi di suatu malam di Bulek. “Gak nduwe cita-cita? Matio ae wes. Urip kok
gak nduwe cita-cita.” Kira-kira seperti itu kalimat yang dia katakan
padaku. Teringat pula saat aku terpaksa dan harus menjadi saksi hidup impian
dua orang pemikir. Dengan segala imajinasi dan imipian-impian penuh hasrat yang
menggebu-gebu. Di tempat yang sama, di warung Bulek sambil menenggak segelas
kopi masing-masing. Juga menghisap beberapa linting kretek, yang memang
pasangan serasi dari segelas kopi. Dan sejak saat itu aku mulai memikirkan sedikit-demi
sedikit tentang masa depanku. Menseriuskan apa yang memang obsesiku dan
hasratku. Mengumpulkan kekuatan untuk mencapai ambisiku dan saat dimana aku
mulai move on. Memandang hidup lebih
bermakna, lebih bersyukur dan lebih tenang. Walaupun jalan tak selalu dan harus
lurus. Dimana jalan itu tak selalu mulus dan sesuai dengan keinginan kita.
Sekitar satu setengah tahun
kemudian aku diwisuda, saat dimana aku dikukuhkan menjadi seorang Sarjana
Teknik Pertanian atau disebut S.TP. Yang merupakan ekor namaku untuk pertama
kalinya di perguruan tinggi ketigaku. Walaupun saat itu bukan wisuda pertamaku
melainkan untuk yang kedua kalinya setelah aku menyelesaikan pendidikan diploma
selama setahun. Tepatnya di Graha Sepuluh November aku diwisuda untuk yang
pertama kalinya. Tapi, aku tidak mendapatkan tambahan ekor nama saat itu. Dengan
Indek Prestasi Komulatif (IPK) yang sedang-sedang saja, yaitu 2,5. Memang
sengaja aku tidak memperbaiki nilai-nilai yang kurang, karena aku juga
memikirkan usiaku saat itu. Usiaku saat itu sudah dua tahun lebih tua dari
angkatanku masuk. Meskipun aku masih ingin berlama-lama menikmati bangku kuliah
tapi, aku tak boleh terlena dengan semua itu.
Tak lama setelahnya aku
mendapatkan pekerjaan yang memang menjadi keinginan dan sesuai dengan
organisasi dulu yang kugeluti. Mungkin pekerjaan itu tak terlalu dianggap
sesuatu yang membanggakan. Tapi, bagiku inilah hidupku. Jalan yang harus
kujalani, kutempuh sesuai hasratku walaupun menyimpang dari rumpun pendidikan
yang kupelajari saat kuliah. Wartawan media surat kabar lokal di Jember, itulah
hal yang kuseriusi sekarang. Walaupun sebenarnya ada keinginan bekerja di media
lokal dekat kampung halamanku, mungkin di Madiun. Dimana aku bisa lebih dekat
dengan tempat tinggal kedua orang tuaku. Tempat yang lebih bisa menenangkanku,
dengan udara masa-masa aku dibesarkan. Tapi, dengan pertimbangan lain, akhirnya
aku memutuskan untuk bekerja di Jember dengan seijin kedua orang tuaku. Tiap
hari harus mencari berita, dari pagi sampai menjelang malam bahkan kadang malam
hari. Menulis hasil reportase dengan cepat, rapat redaksi. Kira-kira seperti
itulah duniaku sekarang. Dengan gaji yang cukup untuk menyambung hidup dan
mempersiapkan untuk kehidupanku selanjutnya. Mungkin tak seperti apa yang
kuinginkan dari dulu sebelum aku masuk LPM atau tak sesuai dengan harapan kedua
orang tuaku. Aku hanya bisa tetap meyakinkan diriku, ini hidupku dan ini
pilhanku. Masalah bagaimana yang terjadi nanti, itu konsekuensi dan kehendak
Tuhan. Saat itu aku hanya bisa serius dengan pekerjaanku dan menikmatinya.
Hampa rasanya apabila hidup tanpa
cinta, hanya sendiri tanpa ada seseorang yang bisa saling mencurahkan kasih
sayang. Sepertinya ada yang kurang lengkap dan seakan hidup ini datar-datar
saja. Setelah kegagalan hubungan cinta yang keduaku, hampir-hampir aku tak
memikirkan untuk mencinta dan dicintai lagi. Meskipun sebenarnya aku memendam
rasa yang dalam untuk ingin merajut benang-benang asmara kembali dengan
seseorang. Tapi, aku merasa tidak pantas dan masih menganggap diriku kurang
layak. Ketakutan mengecewakannya selalu membayangi setiap saat. Dengan kodisi
percintaan masa lalu yang tidak pernah sempurna. Apalagi dengan pekerjaanku
sekarang, yang mungkin dianggap sebelah mata. Sehingga lama aku tak merasakan bagaimana
wanginya aroma cinta. Pada akhirnya, aku menemukan tulang rusukku. Seorang
wanita yang benar-benar bisa menerimaku apa adanya. Dengan segala kekurangan
dan kelebihanku. Awalnya memang aku tak pernah menyadari dia adalah jodohku.
Aku hanya berusaha bersikap biasa dan memang cenderung memfokuskan diri pada
pekerjaanku. Lama kelamaan gelagat kita mulai berbeda, mulai timbul perasaan anugerah
dari sang Maha. Awal hanya biasa saja, karena terbiasa bertemu dan saling sapa.
Sejak saat itu semuanya menjadi luar biasa, bahkan lebih dari itu. Empat tahun
setelah aku lulus atau 2,5 tahun setelah aku mendapatkan pekerjaanku. Aku
melantangkan janji suci kesakralan cinta untuk selamanya bersamanya. Janji
bersama sehidup semati dalam suka maupun duka bersama tulang rusukku. Dimana
aku dan dia telah menyempurkan separuh dari agamaku. Beban tanggung jawab bertambah,
aku menjadi imam untuknya dan keluarga baru kita.
Perjalanan yang sangat panjang
selama sepuluh tahun. Setelah aku menginjakkan kakiku meninggalkan angka
kembarku dan harus menjalani angka berurutan yang keduaku dalam hidupku. Detik
ini pun aku memulai memasuki angka kembarku untuk yang ketiga kalinya dalam
hidupku. Aku bersyukur atas apa yang telah kuambil, kutempuh dan kupertahankan.
“Bertahan walau lelah dan ingin mengakhiri semuanya”, masa-masa yang telah
terlewati. Dan kini melewati jutaan detik lagi untuk menuju akhir dari retorika
kehidupan fana. Menuju kehidupan abadi yang sempurna setelah dihentikan dari
hilangnya nafas kita.
2 komentar:
Rencana masa depan toh???
Selamat dan semangat untuk merealisasikannya!!!
hehe
^^
realita realisaasi rencana Tuhan bergerak lebih cepat...
jika kau tahu...
ada penggalan kisah terakhir yang terealisasi di awal...
(hanya) kebetulan atau (memang) kebetulan???
pertanyaanku untuk Tuhan...
Posting Komentar